"Max menerapkan disiplin dan filosofi taktik, membawa tim menuju Scudetto, final Liga Champions dan juara Coppa Italia. Saya tidak berpikir kami mungkin berharap yang lebih lagi," ujar Beppe Marrota mengomentari musim perdana Allegri yang luar biasa.
Allegri tahu benar memanfaatkan Juventus yang sudah kenyang materi daya juang dan semangat dari Conte namun masih kurang soal filosofi taktik. Juve era Conte yang terlalu terpaku dengan 3 bek sejajar dalam skema 3-5-2 dibuat Allegri lebih variatif, 4-4-2, 4-3-2-1 hinnga akhirnya menjadi “super” dengan 4-2-3-1 di musim ini.
Cara respon Allegri dalam setiap kemenangan dan kekalahan Juventus juga menunjukkan bahwa Allegri mengerti benar bahwa Juve dan dirinya tetap bisa saja gagal sekali waktu.
Pria berusia 49 tahun ini tetap menjaga agar tetap meletakkan kaki di bumi. Saat musim lalu, 15 kemenangan beruntun Juventus terhenti saat berhadapan dengan klub “gurem” Bologna, Allegri kembali ke bumi. “Anda tak bisa selalu menang dalam sepak bola," kata pria berusia 48 tahun itu tetap tenang.
Setelah menghancurkan Barcelona di perempat final musim ini, Allegri juga berespon senada. “Kami patut merasa senang dengan hasil yang kami raih, namun saya ingin kami tetap rendah hati karena Juventus belum meraih hasil apapun." ujar Allegri seusai pertandingan di Nou Camp yang berakhir imbang. Sebelumnya Juve mengalahkan Barca 3 gol tanpa balas di JStadium.
Kejeniusan Allegri menjadi faktor utama dalam keberhasilannya membesut La Vechia Signora, tetapi tak dapat dipungkiri bahwa kerendahan hati dan respon tepat ketika menghadapi kesulitan itulah yang menuntun Allegri sampai ke titik ini.
Apapun hasilnya nanti, tetapi cerita kesuksesan Allegri bersama Juventus akan terukir tinta emas dalam sejarah klub.
Hebatnya, Semuanya dimulai dari lemparan telur !
Referensi : 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H