September 2015 dunia sepak bola dibuat heboh akan berita meninggalnya Alfred Riedl. Facebook dan Twiiter ramai berisi ucapan belasungkawa dari dua buah negara Indonesia dan Vietnam. Maklum saja, kedua negara ini pernah diasuh oleh Riedl.
"Saya sangat sehat. Terima kasih sudah bertanya kepada saya. Saya juga sudah mendengar tentang berita itu dan saya pastikan saya dalam keadaan baik-baik saja," kata Riedl saat dihubungi via telpon oleh salah satu jurnalis Vietnam bernama Doan Huu Binh langsung ke Australia. Akhirnya semua sadar bahwa itu berita Hoaks. Malah tahun lalu Riedl yang “hidup kembali itu” kemabli didaulat Indonesia untuk memimpin timnas di Piala AFF.
Tak sedikit hoaks menerpa dunia sepak bola, mulai dari yang terlihat serius sampai hanya sebatas lelucon. Pada era tahun 1980-an salah satu koran ternama di Rusia Izvestia mengabarkan bahwa Diego Armando Maradona akan pindah dari Napoli ke klub Spartak Moscow. Saat itu Rusia sedang berbangga denga Soviet Supreme League dan Maradona sedang ada di puncak kejayaan. Benarkah? Beberapa hari kemudian, Izvestia sendiri dan meminta maaf dan mengakui itu hanya sebuah lelucon April Mop.
Tahun 2008 Mezal Budguv disebut akan menjadi pemain andalan masa depan Arsenal. Dana puluhan juta poundsterling siap dikucurkan oleh Arsenal untuk mendapatkan wonderkid yang katanya dari Moldova tersebut. Budguv tak pernah ada, Budguv hanyalah tokoh rekaan berdasarkan kisah tradisional Irlandia mengenai seekor keledai malas. Arsenal bukan sekali diserang berita hoaks tersebut, tahun 2015, nama Rex Secco juga diapungkan menjadi pemain masa depan. Siapa Rex Secco? Taka da yang tahu.
Hoaks yang lebih serius terjadi pada tahun 1 April 1951. Sebuah radio di Brasil bernama Panamericana menyiarkan pertandingan antara Sao Paulo melawan AC Milan. Saat itu memang Sau Paolo memang sedang tur ke Eropa. Melalui “siaran langsung” penyiar radio membuat pertandingan seperti “ada”. Sao Paulo dikabarkan kalah dari AC Milan 0-4. Pertandingan itu pernah ada?. Tidak. Fans marah dan menuntut pihak radio karena dipikir telah melecehkan sepak bola Brasil.
Seseriusnya hoaks sepak bola, maka hoaks itu tidak pernah menciderai sepak bola itu sendiri. Malahan hoaks sepak bola diterima sebagai lelucon yang segar bagi jiwa.
Ingatan dan kenikmatan mengenai berita hoaks di sepak bola di atas langsung lenyap ketika membaca tentang hoaks versi Panglima TNI pagi ini. Menurut berita, Panglima TNI, Gatot Nurmantyo meyakini bahwa kabar soal upaya makar dalam aksi unjuk rasa bela agama adalah berita hoaks yang tujuannya adalah menakuti rakyat Indonesia. Pernyataan yang menyisakan tanda tanya besar di mana-mana. Lebih banyak dan lebih besar dari pertanyaan, untuk apa Maradona mau main di Rusia ?. Uh..hoaks..
Benarkah upaya makar yang telah dalam proses penyelidkan oleh Polri bagi belasan tersangka itu benar-benar hoaks? Benarkah Ahmad Dhani dan Ratna Sarumpaet yang sudah begitu itu sebenarnya begini. Dan lebih daripada itu, untuk apakah Panglima TNI mengeluarkan pernyataan seperti itu?. Epenkah?
Jika penting, jika meminjam istilah sepak bola, ada sebuah skema yang tentu lagi dimainkan. Tetapi belum jelas, siapa yang jadi pemain dan siapa yang jadi pelatih. Menit permainan pun masih tanda tanya. Babak pertama, babak kedua, perpanjangan waktu atau masih dalam taraf pengenalan lapangan, tak ada yang tahu. Ini pertandingan resmi, uji coba, internasional, tak ada yang tahu juga. Mudah-mudahan hanya sebuah pertandingan persahabatan.
Ahmad Dhani Cs pun dalam pertandingan yang diberi tajuk “Hoaks” oleh Panglima pun statusnya belum jelas. Pemain muda atau pemain veteran. Pemain nasional atau pemain asing. Jika pemain asing, pemain asing biasa atau Marquee player?. Hanya Gatot dan Polri yang dapat menjelaskan.
Lebih jauh lagi apakah ada rivalitas?. Rivalitas sekeras Juventus Torino atau rivalitas penuh intrik sekelas Barcelona Real Madrid?. Jikalau harus memilih, lebih baik hanya sekelas Juventus dan Real Madrid yang diprediksi akan bermain di final Liga Champions tahun ini. Terserah siapa yang menang dan kalah, yang pasti masing-masing akan pulang kembali ke Italia dan Spanyol untuk melanjutkan hidup.