[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Roger Federer (sbr. auspen.com)"][/caption]
Tahun lalu di tempat yang sama Murray (28 thn) berhasil meraih kemenangan pertamanya atas Federer (32 thn) dalam turnamen Grand Slam sekaligus meraih tempat di Semifinal, memori itu gagal dia ulangi kali ini, unggulan kedua Australia Open ini menyerah di tangan Federer dengan 3 – 6, 4 -6,7 -6 (8),3 – 6 ,petenis Britania Raya dengan rangking tunggal tertinggi ini harus merelakan usahanya untuk meraih gelar Grand Slam ketiganya kandas di tangan Federer.
Di Set Pertama Keunggulan Federer dalam memenangkan duel pukulan ketika berada di depan net menjadi kunci kesuksesannya, Petenis Swiss itu menutup jumlah unforced errornya yang dua kali lebih banyak dari yang Murray lakukan (8 /4),sehingga dengan anteng Federer menutup set pertama ini 6 -3.
Memulai Set kedua,Murray mencoba merubah strateginya dengan lebih berani maju ke depan net (net approaching) tetapi rasanya kehandalan dia di depan net masih kalah tangguh dari Federer karena walaupun Murray tidak banyak melakukan unforced error namun keunggulan Backhand dan Forehand Winners yang Federer lakukan membuat Murray harus merelakan set ini lagi buat Federer 6 -4.
Set ketiga bertambah seru, karena walaupun sudah unggul 5 – 4, Murray berhasil melakukan Breaking Point untuk menyamakan skor menjadi 5 – 5, teriakan “Come on Murray,Come on Murray” semakin membahana di Rod Laver Arena, ini pasti menjadi booster tersendiri bagi Murray, dari statistik pertandingan memang berimbang tetapi keunggulan Murray dalam melakukan Breaking Points terutama saat tie break menjadikan Murray membungkus set ini dengan 7 – 6 (8 -4).
Asa penonton untuk melihat pemain berjulukan “Muzzard” ini untuk membalikan keadaan dari ketinggalan 2 set, seperti yg dia lakukan kala berhadapan dengan Fernando Verdasco di Wimbledon 2013, kian memudar ketika dia ketinggalan 3 -4 dari Federer di set keempat, tanda – tanda kekalahan mulai muncul ketika pemain ini “merajuk” sangat ketika harus ketinggalan 3 -5,dan usaha larinya dari dari baseline untuk menjemput bola di depan net,disambut slice manis Federer ke tempat kosong yang sudah kadung ditinggalkan Murray, standing ovation yang dilakukan penonton untuk Murray sempat menghidupkan semangatnya tetapi pengalaman 17 kali gelar Grand Slam menjadikan Federer tetaplah Federer, ketenangannya mengirim Murray pulang, 6 – 3
Efek domino pulangnya para unggulan (simak tulisan saya sebelumnya) terbukti, para loser tahun lalu tuntas membalas dendam dan menjadi pemenang tahun ini, selamat FedEx!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H