Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

4 Cara Mendidik Anak Menerima Kekalahan (Jangan Mau Menang Saja)

14 Juni 2014   22:28 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:43 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak harus dididik untuk menerima kekalahan, jangan mau menag terus (sbrgbr:cp)

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Anak harus dididik untuk menerima kekalahan, jangan mau menag terus (sbrgbr:cp)"][/caption]

Beberapa minggu sebelum pengumuman UAN, kantor kami mendapat peluru nyasar eh salah….batu nyasar, atap kantor berbunyi keras, beberapa pegawai kantor berlari keluar dan mencoba melihat dari mana sumber batu tersebut, ternyata diketahui bahwa batu berasal dari beberapa anak yang melintasi depan kantor, anak – anak itu adalah anak SMU, kebetulan sekolah kami berdekatan dengan sekolah mereka, dijelaskan bahwa sudah tradisi adanya pelemparan sekolah oleh beberapa oknum murid – muridnya sendiri sehabis ujian dan menjelang pengumuman ujian, apa sebab?, si anak mungkin mendengar isu bahwa mereka tidak lulus sehingga mereka tersulut emosinya untuk “melukai” pihak lain yang menyakiti mereka.

Gedung sekolah menjadi sasaran empuk, karena gedung sekolah menjadi media yang tepat penyampaian pesan dari mereka, kaca – kaca yang pecah menjadi simbol dari rasa puas dari tindakan anarkhis mereka, ada apa ini?

Lain waktu...Beberapa minggu lalu anak dari kakak saya (keponakan) mengikuti lomba menggambar yang diadakan sekolahnya, anak itu berumur 8 tahun dan namanya Nobel, saya yakin anaknya diberikan nama tersebut agar suatu saat bisa sukses meraih berbagai penghargaan, syukur – syukur meraih Nobel..hehehe.

Perlombaan itu berlangsung setengah hari dan sore hari sudah diumumkan pemenangnya, saya belum tahu Nobel mendapat juara atau tidak, namun dari postingan status di Facebook oleh ayahnya saya tahu si Nobel tidak mendapat juara.

Begini postingan dari ayah Nobel di Facebook tersebut, “ Anak – anak harus diajar untuk belajar menerima kekalahan dan tidak harus selalu menang”, saya pastikan si nobel kecewa berat tidak mendapat kemenangan dan hanya menjadi saksi dari kemeriahan dari teman sebayanya yang mendapat kemenangan.

Saya mencoba untuk berdiskusi singkat dengan ayah nobel dan saya mendapat beberapa pemahaman,

Si anak harus dibimbing sebelum mengikuti perlombaan/Ujian

Mengikuti sebuah perlombaan kita mengetahui bahwa harapannya adalah menang, tentu kita mensupport anak kita agar menang, namun ayng harus dibimbing adalah anak kita harus mengetahui kemenangan adalah hasil namun proses itu lebih penting, proses si anak dalam belajar dan berlatih membuat dia berpeluang untuk menang namun apabila dia kalah dai harus tahu bahwa ada orang yang lebih banyak belajar dan berlatih dari dirinya.

Si anak harus ditanyakan dan diberikan keleluasaan untuk mengeluarkan ekspresinya

Kekecewaan atau sukacita dari seorang anak setelah mengikuti lomba/ujian harus diketahui sang orang tua, tidak cukup dengan melihat ekspresi wajah, namun harus ditanyakan, sehingga kita tahu persis bagaimana untuk mengatasinya?, seharusnya nobel sedih karena dia kurang maksimal bukan karena dia “iri” atau kecewa dengan orang lain.

Si anak diberikan waktu untuk dapat mengucapakan selamat bagi pemenang/atau yang lebih baik dari dirinya.

Penerimaan akan kekalahan atau kemenangan salah satunya akan nyata dalam ketulusan si naak untuk ikut memberi selamat, tidak harus berlebihan, namun si anak harus diajar bahwa ada orang yang lebih baik dan perlu diberikan apresiasi, seseorang yang memberikan apresiasi untuk keberhasilan orang lain dengan sendirinya akan termotivasi untuk menjadi lebih baik.

Berikan waktu untuk memperbaiki Kesalahan di lain momen

Berikan kepercayaan untuk si anak, bahwa orangtuanya mendukung dia dan yakin bahwa dia bisa menjadi lebih baik, ajarkan anak bahwa kesempatan itu datnag untuk orang yang siap, sehingga sang anak termotivasi untuk terus belajar dan berlatih.

Beberapa orang tua malahan menganggap bahwa kegagalan sekali menjadikan anak sudah berada di neraka dan tidak membuka kesempatan kedua bagi sang anak.

Akhir kata, saya kagum dengan cara pandang orang tuanya Nobel ini, padahal tidak mudah bagi orang tua menjadi fasilitator yang baik untuk membimbing dan menjelaskan, mungkin orangtuanya yang tidak muda menerima kekalahan, kalau begitu, bagaimana hayoo..hehehe…

Sekarang postingan ayahnya di facebook adalah gambar - gambar berkualitas untuk ukuran anak seumur Nobel,  Nobel berkembang dengan baik karena cara mendidik yang tepat dari ayahnya, bagaimana, apakah kompasioner lain mempunyai pengalaman yang menarik?...Salam..

Kampung Posunga, Juni 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun