[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Sepakbola Gajah PSS Sleman vs PSIS Semarang, membunuh kita (sbrgbr:hartrinjog)"][/caption]
“Striker PSIS itu berjuang mati-matian untuk menjaga gawang lawan (PSS Sleman) dari tendangan keras pemain PSS Sleman yang ingin membobol gawangnya sendiri.”
Itu adalah gambaran dari cuplikan dari video amatir Youtube yang saya nonton tentang pertandingan “abad ini" PSIS Semarang dan PSS Sleman yang menghasilkan 5 gol yang semuanya adalah Gol bunuh diri… wadauuuw..
Ditengarai alasan utama adalah kedua tim tidak mau jadi pemuncak grup, karena akan melawan Borneo FC di semifinal divisi utama, walaupun kubu PSIS membela diri karena sakit hati karena PSS Sleman melakukan lebih dahulu, saya pikir tidak ada kata lain untuk tindakan mereka, (sakitnya tuh di sini..), yaitu mereka telah “membunuh kita,” saya akan berikan 3 alasan untuk itu:
1.Sepak Bola Gajah membuat kita Mundur 16 tahun
Tahun 1998 kita sudah pernah memalukan sekaligus mencengangkan dunia ketika di Piala Tiger (sekarang AFF) 1998, timnas kita melalui "agen" bernama Mursyid Effendi bermain sepak bola gajah, bukan saja tim kita dihukum waktu itu, tetapi Mursyid Effendi juga dilarang berkarir sepak bola seumur hidup.
Hukuman seumur hidup dan memalukan seharusnya lebih dari cukup untuk memperingatkan pesepak bola kita dan orang-orang di sekitarnya untuk tidak melakukan perbuatan hina tersebut, sayang sekali 26 Oktober hal itu kembali terjadi dan gol bunuh dirinya lebih banyak lagi, hmm... sakitnya tuh di sini… (lagi dan lagi).
Ini membuat kita mundur 16 tahun ke belakang, menjadikan kita seperti pesepak bola “primitif” lagi padahal mimpi kita dalam jangka pendek adalah sudah ke Piala dunia (maunyaaaaa).., mengecewakan...
2. Sepak bola gajah menjadi contoh buruk bagi Timnas muda kita.
Ekspetasi yang besar terhadap timnas U -19 tidak membuat kita menjadi membabi buta ketika mereka harus gagal di Piala Asia yang lalu, ini mencerminkan bahwa kita (pecinta bola) sudah sangat dewasa, kita tahu bahwa adik-adik kita membutuhkan semangat, semangat untuk apa? Menunjukkan kebanggaan mereka sebagai anak Indonesia yang akan bermain dengan kebanggaan, bermain pantang menyerah untuk membobol gawang lawan, “tak perlu menang” yang penting habis-habisan…begitulah kira-kira.
Bertolak belakang dengan perilaku kedua kesebelasan ini, tidak ada semangat, tidak ada kebanggaan, yang ada tindakan memalukan yang tidak mencerminkan bahwa mereka sungguh-sungguh menjunjung nilai sportivitas dan mencintai olahraga ini... sayang sekali.
3. Sepak bola Gajah bisa meruntuhkan mental Timnas Senior Kita.
Timnas Senior kita harapkan akan memberikan kado indah akhir tahun ketika akan bertanding di AFF Cup nanti, kita terus mencintai timnas kita, grafiknya saya lihat meningkat sejak kasus sepak bola gajah 1998, ini jelas didukung oleh keseriusan untuk membangun sistem kompetisi yang baik, dari Liga Utama hingga akhirnya menjadi “super”, Indonesia Super League.
Tetapi siap-siap saja, kekalahan (apalagi nampak memalukan) akan mengundang bully dari pecinta timnas kita, dan Peristiwa Sepakbola Gajah bisa menjadi senjata ampuh untuk menyerang Timas Kita (sekaligus PSSI) ketika tanpa hasil nanti,…
Artinya Revolusi mental juga menjadi pekerjaan berat bagi dunia sepakbola kita, sampai kapan kita bisa melihat sepak bola kita menjadi ideal, kita berharap ada hukuman yang berat bagi tindakan ini, seberat – beratnya, sehingga kita tidak akan mundur lagi belasan hingga puluhan tahun lagi karena itu telah MEMBUNUH KITA…salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H