Mohon tunggu...
Arnold Budhi Prasetyo
Arnold Budhi Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

https://penjaringangin.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Cinta

9 Juli 2014   02:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:56 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cinta tak bisa dipungkiri merupakan hal terpenting dalam hidup manusia. Bahkan hubungan Tuhan dan manusia selayaknya hubungan intim cinta antara suami dan istri. Tuhan adalah cinta dan dalam cinta Tuhan menciptakan dunia serta segala isinya untuk saling mencintai. Saat kita mencintai, kita mengarah pada Tuhan.

“Oleh sebab itu tak mungkin kita dapat menolak rasa cinta, atau bahkan membuangnya karena itu adalah anugerah terbesar dari Tuhan untuk kita umat manusia. Saat kita melakukan itu tentu kita sama saja dengan menolak kebahagiaan terbesar yang telah Tuhan berikan.”

Move on?

Cinta adalah anugerah terbesar dari Tuhan, jangan mencoba menguranginya! Banyak yang merasa untuk move on dari satu orang, kita harus menurunkan rasa cinta kita padanya. Namun pandangan ini terlihat percuma. Kenapa kita harus korbankan indahnya cinta itu hanya karena sakit hati yang sesaat? Bahkan bila dihitung-hitung jauh lebih besar kebahagiaan dalam cinta dibanding rasa sakit hati yang mungkin hanya berada di bagian kecil akhir perjalanan komitmen sepasang manusia.

Ketika move on dan kita menurunkan rasa cinta itu, yang terjadi hanyalah rasa benci, dan tentu itu sangat tidak bijak. Berarti percuma saja perjuangan cinta kita yang telah dibangun selama ini. Biarlah posisi rasa cinta itu berada di situ, tidak usah ditambah dan tidak usah dikurangi. Nikmati saja sepanjang perjalanan hidup kita. Meskipun sakit hati, biarlah sakit hati itu berjalan bersama rasa cinta kita yang tidak pernah dikurangi. Rasa sakit hati yang semakin kita tolak akan semakin menjadi musuh kita. Oleh sebab itu kita harus menganggapnya teman dan berjalan santai bersamanya.

Mencintai lebih dari satu orang?

Tentu satu orang tidak mungkin hanya memiliki rasa cinta untuk satu orang saja.. Biarkanlah diri kita tetap mencintai banyak orang dan jangan pernah menghilangkannya! Namun, dalam sebuah perkawinan kudus, komitmenlah yang menjadi pegangan. Ketika mencoba berkomitmen dalam perkawinan, kita harus seimbangkan logika dan perasaan/emosi cinta kita, sebab bersama pasangan kita itulah kita habiskan sisa hidup di dunia ini.

Dalam ikatan suami istri, tetaplah biarkan cinta menyebar. Biarkanlah suami / istri Anda mencintai orang lain juga. Sekali lagi, rasa cinta tak pernah bisa kita tolak! Namun, disinilah komitmen berada, di mana kita tetap setia kepada pasangan kita. Biarlah cinta berjalan pada pasangan kita dan biarlah rasa cinta pun berjalan kepada orang lain.

Perbedaannya adalah, kita harus menaikkan rasa cinta pada pasangan kita, namun melakukan move on (seperti yang ditulis di atas) kepada orang lain. Itulah membuat kita menikmati cinta.

Hukum Kasih

Kasihilah Tuhanmu melebihi apapun juga dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri! Itu adalah hukum dasar kasih yang universal. Disini dapat ditekankan di bagian kedua bahwa kita harus mencintai diri kita seperti kita mencintai orang lain. Dan inilah yang terkadang sulit dipraktikkan.

Disini ditunjukkan bahwa kita tidak boleh cinta diri berlebihan karena itu membuat cinta kepada orang lain bisa berkurang. Namun di lain pihak kita tidak boleh mengorbankan diri kita menjadi menderita karena cinta kepada orang lain. Oleh sebab itu kita harus menempatkan Tuhan yang memiliki cinta sejati di atas segalanya karena tidak mungkin kita kecewa karena-Nya. Inilah hukumnya bila kita rumuskan secara matematis:

Cinta kepada Tuhan > Cinta pada diri sendiri = Cinta pada orang lain

Cinta Sejati

Bagaimana cinta sejati itu? Hanya Tuhanlah yang memiliki itu, namun kita sebagai manusia harus tetap berusaha menggapainya. Cinta sejati itu abadi, seperti cinta Tuhan untuk manusia. Tuhan memeluk kita, bahkan memukul kita dengan cinta. Seberapa besar kesalahan kita, Ia tetap mencintai kita. Seberapa besar sakit yang Ia rasakan, meskipun kita telah menolak-Nya mentah-mentah, tetaplah Ia mencintai kita.

Dapatkah manusia mengusahakan cinta sejati? Tentu sangatlah sulit. Sebagai analogi cinta sejati adalah ketika saya sebagai pribadi melakukan sebuah aksi untuk kebahagiaan orang yang saya cintai secara terus-menerus dan saya selalu bahagia akan hal itu tanpa mengharapkan balasan apapun dari dia dan menerima apapun respon dari dia, sekalipun respon yang negatif.

Mungkin lebih mudah bila kita bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia, meskipun dia tidak bersama kita. Namun bisakah sebagai manusia kita melakukan apa yang disebut cinta sejati? Saya tetap berbuat aksi terus-menerus untuk membahagiakan orang yang saya cintai, meskipun orang itu mengira hal yang membuat dia bahagia itu orang lain yang melakukannya, dan bukan saya. Bahkan dia tidak mengenal saya sedikitpun! Itulah konsekuensi dari cinta sejati, mungkin terlihat menyakitkan dan tidak adil, namun di dalam kedalamannya terasa sangat membahagiakan.

Ohh… Dunia begitu tidak adil!!

Itulah misteri Tuhan. Dunia memang akan selalu menyakitkan dan tidak adil selama dunia itu masih ada. Keadilan hanya berada di akhir zaman, di mana masa penghakiman Tuhan berjalan. Namun di dunia yang penuh kesakitan dan ketidakadilan inilah kita harus tetap berusaha mengupayakan sebuah kebaikan. Di posisi itulah Tuhan ingin manusia berada.

Kita harus tetap rendah hati agar tidak kecewa dalam mengupayakan keadilan di dunia meskipun kita sudah tahu bahwa keadilan tidak mungkin terjadi di dunia. Mungkin terlihat sebagai upaya menjaring angin, namun inilah yang kita sebut iman. Teruslah berusaha mengupayakan kebaikan! Namun, kita tidak boleh kecewa akan hasilnya karena dengan rendah hati kita tahu bahwa keadilan dan kedamaian yang sesungguhnya terjadi di hari akhir.

Dalam bentuk simpelnya:

Manusia tahu bahwa keadilan sejati baru terjadi di hari Penghakiman Terakhir dan kita tahu bahwa tidak mungkin kita dapat mengerti maksud Tuhan sepenuhnya

Meskipun begitu, manusia harus tetap berusaha mengusahakan kebaikan dan keadilan, dan terus  menerus berusaha mengerti maksud Tuhan

Agar tidak sakit hati dan dapat bahagia menikmati proses itu dengan bahagia perlulah dimikili sikap rendah hati, serta iman dan harapan

Oleh: Arnold Budhi Prasetyo

22.01.2014

17:38

Saarbruecken, Saarland-Deutschland

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun