Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebijakan Sporadis dan Dampak Perekonomian

12 Juli 2015   02:05 Diperbarui: 12 Juli 2015   02:05 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskon Sporadis

Pernyataan Presiden Jokowi saat meresmikan beroperasinya jalan tol Gempol – Pandaan pada 12 Juni 2015 tentang pemberian potongan (diskon) tarif jalan tol pada H-10 dan H+5 kepada pengguna selama musim mudik, menurut Menteri PUPR sesungguhnya merupakan permintaan presiden. Pertimbangannya konon untuk meringankan beban pemudik yang menggunakan jalan tol. Kebijakan ini kemudian direspon negatif pasar saham dan harga saham Jasa Marga sempat jatuh hingga 12%. Alasannya, pemerintah telah mengintervensi indenpendensi perusahaan publik. Sementara, dapat dibayangkan bagaimana ketat adu argumentasi antara pihak pemerintah dengan badan pengelola serta operator jalan tol untuk implementasi diskon ini. Tidak diketahui apakah ada skema kompensasi finansial kepada operator jalan tol yang tentunya akan berdampak pada anggaran. Bagi pengguna jalan tol kebijakan diskon ini disambut hangat dan mengundang minat masyarakat (propensity to consume) pemudik menggunakan kendaraan pribadi.

Pada sisi lain diberitakan trend turun penggunaan angkutan bus untuk mudik lebaran terus berlanjut seperti pada beberapa tahun sebelumnya sejalan dengan bertambahnya jumlah kendaraan pribadi akibat kemudahan mendapat kendaraan bermotor. Kondisi ini menurunkan pendapatan sopir beserta kru dan juga pengusaha angkutan umum.

Kebijakan sporadis diskon tol ibarat madu yang meningkatkan minat penggunaan kendaraan pribadi tetapi merupakan racun bagi usaha di sektor transportasi, operator jalan tol, penyedia BBM akibat peningkatan konsumsi, polisi dan aparat perhubungan yang harus menangani tambahan beban volume kendaraan. Pula, peningkatan volume kendaraan akan menyebabkan kenaikan tingkat risiko terjadi kecelakan.

Pemberdayaan Sektor Usaha Transportasi

Bagi penyedia BBM, meningkatnya konsumsi tidak langsung akan memberikan tambahan margin keuntungan dalam kondisi harga minyak yang fluktuatif dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Bukan tidak mungkin kenaikan konsumsi akan berdampak tambahan subsidi yang tersembunyi (hidden subsidy). Sedikit catatan, peningkatan konsumsi BBM secara langsung berdampak pada peningkatan emisi karbon.

Dengan penurunan jumlah pemudik menggunakan bus, pendapatan pengusaha berkurang dan margin usaha tertekan. Rangkaian dampaknya pada pendapatan bagi tenaga kerja yang terkait dengan usaha tersebut dan secara bersamaan akan menurunkan daya beli dan juga konsumsi. Belum lagi pada sisi finansial perusahaan angkutan jika harus menanggung beban kredit.

Bagi pemudik, misalnya dari Jakarta dengan tujuan daerah Jawa Tengah yang menggunakan kendaraan pribadi (untuk 6 orang) perhitungan biayanya seperti berikut ini.

1. Prakiraan biaya BBM sebanyak 100 liter (Rp. 750.000,-)

2. Biaya tol Rp. 225.000,- (prakiraan biaya tol Rp. 300.000,- diskon tol 25% sekitar Rp. 75.000,-),

3. Jumlah biaya transportasi mudik hampir Rp. 1.000.000,- (tanpa menghitung biaya pemeliharaan dan keausan kendaraan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun