Pertumbuhan Global dan Komoditas
Dalam kondisi gejolak perekonomian global, pertumbuhan ekonomi yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) tidak hanya dilihat secara tahunan tetapi perlu dicermati dalam siklus yang lebih pendek yaitu triwulanan (Quarterly). Tiga negara masing-masing India, China, dan Indonesia pertumbuhan PDB triwulanannya di atas 5% seperti diberikan pada Peraga-1.
Sementara pada negara maju dengan merujuk pada USA, European Union, dan Jepang, gambaran pertumbuhan PDB diberikan pada Peraga-2.
Pada sisi lain, deflasi komoditas global masih belum pulih seperti digambarkan pada Peraga-3.
Dengan kondisi pertumbuhan global masih dalam tekanan, khususnya pada negara-negara besar (USA, EU, China), sulit berharap akan terjadi peningkatan permintaan (demand). Pada masa triwulan-4 2016 hingga Februari 2017, harga komoditas termasuk crude oil & batubara menunjukkan kenaikan harga yang sangat diharapkan para produsen. Kondisi ini akan direspon dengan supply yang berlebihan sehingga harga akan kembali tertekan atau turun. Mencermati situasi ini, bagi perekonomian Indonesia, sulit berharap pada peningkatan ekspor komoditas secara berkelanjutan.Â
Pembangunan Infrastruktur Mendorong Pertumbuhan
Dalam kondisi pertumbuhan ekonomi tertekan, beberapa pembelajaran masa lalu menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur menjadi pilihan untuk menjadi pembangkit. Pada saat menghadapi "Great Depression", Presiden USA F.D. Roosevelt menggunakan strategi pembangunan infrastruktur untuk pemulihan.
Dalam Rapat Kabinet 16 Maret 2017, Presiden Jokowi memberikan arahan sehubungan dengan penyusunan RAPBN 2018 serta memberikan catatan agar RAPBN disusun dengan semangat optimisme, meski tetap harus realistis dan kredibel. Rentang pertumbuhan PDB yang diberikan adalah 5,4% - 6,1%.