Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Krisis Tiap Dekade: Klenik atau Mitos dan Realitas Downward Spiral

16 Februari 2024   17:23 Diperbarui: 16 Februari 2024   17:46 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Crisis by Decade - source : Arnold M

Kejadian Luar Biasa (Kahar) Berulang

Kejadian luar biasa selalu menimbulkan krisis dan secara historis terjadi pada tiap dekade alias sepuluhtahunan. Sebagai rujukan dapat dilihat pada Peraga-1.

Peraga-1 Krisis Dekade - sumber : Arnold M
Peraga-1 Krisis Dekade - sumber : Arnold M

Pandemi COVID-19 merupakan kahar terakhir pada dekade lalu yang menggoncang dunia serta berdampak besar terhadap perekonomian global yang hingga kini pemulihan kinerja kembali seperti sebelum Pandemi belum tercapai. Sebelumnya pada dekade terakhir abad XX dikenal Krisis Asia yang di Indonesia disebut Krismon 1998 dan pada dekade pertama XXI krisis yang dikenal sebagai Great Recession 2008. 

Krisis Asis dan Great Recession berdampak parah pada keuangan global dan berimplikasi pada perekonomian global. Pembelajaran dari rangkaian krisis yang telah terjadi seharusnya membangun kewaspadaan dan surveillance system sehingga tindakan pre-emptive atau preventive beserta protokol krisis dapat mengantisipasi dan meredakan agar dampaknya minimal.

Investasi dan Pengangguran

Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi pada faktor investasi baik dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) atau Domestic Direct Investment (DDI). Secara global pasca pandemi tren aliran investasi menurun. Laporan OECD menunjukkan aliran masuk (Inflow) FDI seperti pada Peraga-2.

Peraga-2 Inflow FDI - sumber : OECD
Peraga-2 Inflow FDI - sumber : OECD

Tren aliran masuk ke negara-negara G20 menurun termasuk ke Indonesia demikian juga negara-negara European Union sehingga dapat dipastikan pertumbuhan pada masa mendatang tanpa bangkitan dan secara rerata pertumbuhan ekonomi akan flat (datar) atau bahkan menurun. Kondisi ini akan berimplikasi pada lapangan kerja karena lapangan kerja baru akan menyusut sehingga pengangguran akan naik yang berimplikasi pada sisi permintaan terutama barang konsumsi. 

Berharap pada Investasi Domestik juga sulit dalam kondisi suku bunga pinjaman tinggi akibat kebijakan Bank Sentral (Bank Indonesia) yang memilih Tight Money Policy (Kebijakan Uang Ketat) sebagai respon terhadap gejolak inflasi yang tidak terkendalikan. Penjelasan ini memberikan gambaran terhadap tekanan pada lapangan kerja, seperti juga yang diprakirakan ILO (International Labour Organization) akan terjadi kenaikan Unemployment Global. Fenomena ini rawan dan akan berimplikasi pada keresahan sosial. Penurunan investasi yang berimplikasi pada lapangan kerja atau peningkatan pengangguran serta penurunan konsumsi akan berdampak pada tekanan  perdagangan baik domestik maupun global. Jika kondisi ini berlanjut akan merupakan pemicu Downward Spiral pertumbuhan perekonomian domestik serta global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun