Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bias dan Bisa Seputar Kurs Tukar, Defisit, Utang, serta Efek Spiral Pemicu Krisis Global

20 Juli 2018   02:00 Diperbarui: 20 Juli 2018   02:21 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bias - source of images : https://www.insightsassociation.org/

Sudah sejak 2015 Kebijakan Stimulus menjadi pilihan pemerintah Indonesia dalam menghadapi situasi tekanan perekonomian domestik dan global; dan pembangunan infrastruktur menjadi pilihan utama. Dengan kebijakan stimulus, penerimaan pajak tidak diketatkan dan belanja akan terus didorong agar kegiatan perekonomian terus bergulir.

Sebagai implikasinya, anggaran akan mengalami defisit (belanja lebih besar daripada penerimaan) dan tambahan utang atau pinjaman diperlukan untuk menutupi kekurangan anggaran. Masalah penambahan utang ini selalu menjadi kontroversi pada ranah publik; entah karena keterbatasan pemahaman dan pengetahuan atau imbas bias yang dibingkai dengan ungkapan :"Utang membebani anak dan cucu".

Dalam artikel : "Utang Indonesia Melonjak, Perlukah Kita Khawatir?" tulisan Tommy Soesmanto dan Yenny Tjoe (keduanya dosen dari Griffith University, Queensland, Australia), pada harian Kompas, 2 Juli 2018, diberikan elaborasi  gambaran pertumbuhan, komposisi sumber, dan penggunaan utang. Sebagai pembanding dalam hal pertumbuhan utang, Peraga-4 memberikan gambaran untuk Indonesia, India, China, Negara Maju (Advanced Countries), dan EMDE (Emerging Markets & Developing Economies).

General Gov Debt - by Arnold M
General Gov Debt - by Arnold M
Sumber informasi : IMF

Pasca Great Recession 2008 hingga 2017, berdasarkan rasio utang pemerintah terhadap PDB (Produk Domestik Bruto), hanya India yang mengalami penurunan; lainnya naik dengan Indonesia terkecil pada 2.4%, China : 13.5%, US : 20.8%, Advanced Countries (Negara Maju) : 13.3%, EMDE : 10.1%. Dengan gambaran ini, apakah utang Indonesia dalam keadan genting ?

Justru sebaliknya, patut diperhatikan peningkatan rasio utang China hingga 13.5% walaupun secara rerata pertumbuhan PDB pada kurun waktu yang sama berada pada kisaran 7%. Demikian juga perekonomian US dengan peningkatan rasio utang hingga 20.8% sementara neraca perdagangan dan anggaran mengalami defisit.

Efek Spiral

Apakah siklus Pasca Great Depression 1929 akan berulang dan berapa lama waktu pemulihan perekonomian global ? Sulit untuk memprakirakan waktu pemulihan perekonomian global; pada Peraga-5 diberikan gambaran pertumbuhan PDB global, Adv. Economies, dan EMDE.

Global Adv Economies EMDE GDP Growth Trend - by Arnold M.
Global Adv Economies EMDE GDP Growth Trend - by Arnold M.
Sumber informasi : IMF

Pertumbuhan ekonomi global, Negara Maju (Advanced Economies), dan EMDE pada hampir dua dekade XXI, pra dan pasca Great Recession 2008, menunjukkan tren turun. Sementara program stimulus moneter pasca Great Recession 2008 yang dilakukan Bank Sentral utama seperti US (The Fed), European Union (European Central Bank), Jepang (Bank of Japan), dan China (PBoC) dianggap perlu untuk diakhiri atau dinormalisasi.

Dengan demikan suku bunga acuan Bank Sentral tersebut akan naik dan menuju tingkatan seperti sebelum Great Recession 2008. Akibatnya, dana yang mengalir ke negara-negara dalam kelompok EMDE akan tersedot balik atau keluar dari negara EMDE sehingga berdampak tekanan pada nilai tukar. Kondisi kurs tukar ini akan menambah tekanan serta beban utang pada kelompok negara berkembang atau EMDE; yang selanjutnya menekan pertumbuhan ekonomi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun