Pengumuman Standard & Poor's (S&P) pada Jumat, 19 Mei 2017, menaikkan "sovereign credit rating" Indonesia menjadi BBB- yang bermakna layak investasi dengan outlook stabil disambut dengan gembira. Dengan demikian 3(tiga) firma kelas dunia, S&P, Moody, dan Fitch telah memberikan peringkat yang setara. Bandingkan dengan China yang mendapatkan peringkat AA- (High Grade) tetapi outlook negatif. Sedangkan rating India BBB- (Lower Medium Grade) dengan outlook stabil dan telah berlangsung lebih dari dua tahun.
Dengan kondisi rating yang demikian, gambaran aliran masuk modal asing (Foreign Direct Investment atau FDI) diberikan pada Peraga-1.
Dalam masa 2013 - 2016 aliran masuk FDI ke China (garis merah dengan sumbu tegak kiri) dan aliran masuk ke Indonesia (bar biru dengan sumbu tegak kanan) trend-nya turun; sedangkan India (bar kuning dengan sumbu tegak kanan) trend-nya naik.
Merujuk pada kemudahan dalam bisnis khususnya upaya peningkatan pengaturan dan regulasi (Distance to Frontier) gambarannya pada Peraga-2.
Merujuk pada tabel, nilai Indonesia memang meningkat dan lebih baik daripada India, Brazil, dan Filipina; tetapi di bawah skor Malaysia, Thailand, China, dan Vietnam. Walaupun nilai India dan Filipina lebih rendah daripada Indonesia tetapi trend aliran masuk FDI masing-masing naik (untuk Filipina lihat laporan World Bank di sini). Mengapa trend aliran masuk dana FDI ke Indonesia turun ? Jawabannya dapat dilihat pada Peraga-3.
Peraga-3 menunjukkan Restrictiveness Index (Indeks Pembatasan) Indonesia bertambah sementara India turun. Hal ini selaras dengan Peraga-1 yang menunjukkan aliran masuk FDI India naik sementara Indonesia turun.
Sejak September 2015 sudah 14 (empat belas) paket stimulus perekonomian diterbitkan pemerintah untuk menarik minat investasi asing dan domestik. Tetapi pada kenyataannya belum memberikan dampak berarti dan belum mengundang minat penanaman modal asing. Selain faktor yang berkaitan langsung dengan iklim usaha, situasi sosial dan politik domestik merupakan sisi lain yang memberikan gambaran negatif dan mencemaskan bagi kelangsungan investasi dan usaha di Indonesia.
Â