Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kesuraman Ekonomi Global dan Membuka Tabir "Dirty Money & Underground Economy"

1 April 2017   17:33 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Deflasi, Disrupsi, dan Defisit

Ungkapan kenaikan harga yang disebut inflasi, selalu dianggap bermakna negatif; sementara kondisi sebaliknya yaitu disinflasi atau penurunan harga akan disambut dengan gembira. Apa yang terjadi jika penurunan harga tersebut terus berlanjut dalam waktu panjang atau disebut sebagai deflasi ? Peraga-1 memberikan gambaran sederhana.

Spiral Deflasi - Koleksi Arnold M.
Spiral Deflasi - Koleksi Arnold M.
Penurunan harga yang berlangsung panjang akan menekan pendapatan dunia usaha yang berdampak pada pengendalian biaya dan penurunan minat berinvestasi. Kondisi demikian menyebabkan tekanan pada pendapatan tenaga kerja dan berkurangnya lapangan kerja baru yang berlanjut dengan penurunan daya beli serta permintaan sehingga terjadi keadaan "oversupply" yang kembali akan mendorong dunia usaha untuk menurunkan harga. Pada sisi lain, penurunan pendapatan dunia usaha menyebabkan penurunan penerimaan pajak. Sementara berkurangnya lapangan kerja akan menimbulkan masalah sosial dan akan menambah beban pemerintah untuk bantuan sosial.

Fenomena lain yang sedang menggelora adalah disrupsi inovasi dengan bingkai "digital & sharing economy". Kehadiran aplikasi yang menjanjikan kemudahan dan biaya yang lebih murah dalam layanan transportasi, layanan hunian, belanja on-line, dan berbagai model lain seakan mengusik pelaku usaha yang sudah ada. Limpahan aplikasi dengan penyedianya serta layanan membuat persaingan kian ketat dan timbul benturan yang menjurus pada kegentingan dan krisis dalam dunia usaha serta masyarakat. Dalam situasi demikian, ada satu hal yang belum dapat disolusikan dengan jernih yaitu masalah perpajakan yang selayaknya menjadi bagian pemerintah.

Dalam kondisi deflasi serta eforia disrupsi inovasi, layanan publik dan pembangunan infrastruktur harus terus berlangsung yang membutuhkan dana dalam jumlah besar. Sementara penerimaan pemerintah melalui pajak mengalami tekanan sehingga buahnya adalah defisit pada anggaran.

Stimulus Ekonomi

Pasca Krisis Finansial yang puncaknya terjadi pada 2008, dampaknya pada tekanan pertumbuhan ekonomi global dan kondisi ini masih berlanjut khususnya pada negara maju yang mengalami tekanan pertumbuhan ekonomi. Peraga-2 memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi global.

Global Economic Growth - Koleksi Arnold M.
Global Economic Growth - Koleksi Arnold M.
Sumber informasi : IMF (dengan pengolahan)

Pertumbuhan global secara rerata masih berada pada kisaran 3% - 3.5% (bar kuning); sementara pada negara maju (garis merah) berada di bawah 2%. Kondisi Emerging market & developing economies (EMDE) yang di dalamnya mencakup China, India, dan Indonesia tumbuh di atas 5% seperti juga negara-negara dalam kawasan ASEAN yang pertumbuhannya di atas berada di atas EMDE.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun