Perdagangan global dan investasi asing merupakan dua faktor penting yang berpengaruh dalam pertumbuhan perekonomian. Dengan kondisi pertumbuhan perekonomian global masih tertekan pasca Krisis Finansial 2008 yang menyebabkan penurunan permintaan (demand) dan lanjutan spiral deflasi komoditas akibat kondisi "excessive supply", maka sulit mengharapkan dorongan pertumbuhan dari perdagangan. Gambaran perdagangan global Indonesia diberikan pada Peraga-1 (Triwulanan) dan Peraga-2 (Tahunan).
Peraga-1 : Neraca Perdagangan Triwulanan
Dalam hal investasi non domestik (asing), gambaran aliran dananya diberikan pada Peraga-3 (Triwulanan) dan Peraga-4 (Tahunan).
Peraga-3 : Aliran Investasi (masuk) Triwulanan
Peraga-4 menunjukkan penurunan investasi terjadi pada aliran modal masuk yang berarti berkurangnya minat pemodal asing. Penurunan pinjaman investasi merupakan indikasi "Balance Sheet Recession" (BSR) pada sektor swasta (private). BSR merupakan fenomena swasta yang turun minatnya berinvestasi akibat ekspektasi imbalan (return) yang rendah, dan lebih cenderung berhemat (saving) demi melunasi utang serta menghindari pinjaman baru.
Fakta penurunan aliran investasi ini sering disangkal dan membandingkannya dengan realisasi investasi 2016 yang meningkat. Jika memang investasi meningkat, terutama investasi baru pada sektor produksi, akan terlihat dari peningkatan impor barang modal. Kondisi peningkatan impor barang modal akan berimplikasi defisit. Pada kenyataannya berbeda; neraca perdagangan mengalami surplus. Apakah telah terjadi anomali atau sebaliknya merupakan sangkalan ?Â
Tetapi yang pasti, berdasarkan Generally Accepted Economic Principle, trend turun aliran investasi merupakan ancaman serius terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian masa mendatang yang selayaknya berlangsung secara berkelanjutan.Â