.Â
Dari Peraga-2, dalam 3 (tiga) tahun terakhir (2014-2016), aliran masuk FDI pada negara-negara OECD (secara agregasi) naik sementara aliran FDI ke Indonesia turun.
Dalam Outlook Perekonomian, dengan ketebatasan ruang fiskal akibat tekanan penerimaan pajak, diharapkan partisipasi investasi swasta agar dapat meningkatkan lapangan kerja dan juga pendapatan masyarakat yang selanjutnya meningkatkan permintaan (demand).
Gambaran pertumbuhan investasi swasta dapat diukur dengan melihat pertumbuhan kredit investasi dan pinjaman luar negeri seperti pada Peraga-3.
.
Dengan merujuk pada Peraga-3, trend pertumbuhan kredit investasi turun dan demikian juga pinjaman eksternal (luar negeri). Turunnya minat investasi swasta sangat berkaitan dengan ekspektasi akan imbalan dan pertumbuhan pada masa mendatang serta kondisi internal korporasi yang masih belum lepas dari Masalah Resesi Neraca (Lihat artikel : Ekspansi Fiskal Atasi Dampak Berantai Resesi Neraca). Menghadapi masalah resesi neraca, swasta atau korporasi lebih cenderung untuk melunaskan pinjamannya dengan melakukan pengetatatan anggaran dan menghindari investasi atau pinjaman baru. Tanpa investasi, pertumbuhan swasta atau korporasi pada masa mendatang akan tertekan dan bahkan mengalami penyusutan. Memahami kondisi ini, berharap banyak akan peran dan inisiatif swasta tentu harapan yang tidak bijak.
Inisiatif Pemerintah Sebagai Solusi Utama
Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada peningkatan Konsumsi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) dan Perdagangan Global (Ekspor - Impor). Dari penjelasan Peraga-1 dengan kondisi "super-cycle" mengingatkan bahwa untuk beberapa tahun mendatang pertumbuhan perdagangan tidak dapat diharapkan atau diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sementara peningkatan konsumsi sangat bergantung pada peningkatan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Dari Peraga-2 dan Peraga-3 menunjukkan penurunan trend aliran FDI, pertumbuhan kredit serta pinjaman eksternal sehingga berimplikasi pertumbuhan lapangan kerja pada sektor swasta tidak besar. Dengan demikian, untuk dapat mendorong pertumbuhan sangat tergantung pada inisiatif dan keberanian pemerintah agar lebih agresif berinvestasi pada sektor infrastruktur fisik dan sosial. Hal ini sejalan dengan kebijakan stimulus ekonomi yang sudah dipilih.
Gambaran dari dampak defisit anggaran dan beban peningkatan utang diberikan pada Peraga-4.