Pada sisi lainnya, posisi cadangan devisa dan utang eksternal diberikan pada Peraga-2 di bawah ini.
[caption caption="Disiapkan Arnold M"]
Dari Peraga-2 dapat disimpulkan beberapa hal antara lain:
1. Terjadi pergeseran atau perubahan "term" atang dari jangka pendek menjadi jangka panjang yang maknanya penundaan utang yang jatuh tempo.
2. Tanpa pertambahan utang baru pada sektor Swasta / Private; sedangkan penambahan utang baru Pemerintah pada Januari 2016 (USD 1,3 Miliar) dan Februari 2016 (USD 3,4 Miliar).Â
3. Pertambahan cadangan devisa terjadi bukan karena surplus perdagangan tetapi karena pinjaman, Dalam masa Triwulan-I 2016, surplus sekitar USD 1,68 Miliar; sementara pertambahan utang baru pemerintah sejumlah IDR 262 Triliun termasuk menyerap pinjaman dari World Bank sebesar USD 500 Juta.
4. Angka Surplus Perdagangan terjadi karena penurunan impor lebih besar daripada ekspor. Memang terjadi perubahan pada masa Maret 2016 dengan angka impor barang modal mulai naik, sementara ekspor juga naik dalam jumlah kecil; tetapi sulit berharap pada ekspor dalam kondisi global yang mengalami deflasi komoditas dan energi.
5. Belum ada aliran investasi modal asing dalam jumlah yang berarti (significant); ini dapat dipahami dari pertumbuhan utang eksternal dan surplus perdagangan. Selayaknya jika investasi bertumbuhan maka impor barang modal akan naik pesat sehingga timbul defisit.
Tidak Mungkin Anggaran Pemerintah Jadi Single Fighter
Tren tingkat inflasi memang turun dan kurs tukar menguat. Tetapi penurunan suku bunga melalui kebijakan penurunan BI Rate tidak langsung berdampak pada penurunan suku kredit bunga kredit terutama untuk investasi. Sehingga kebijakan moneter mandul untuk dapat menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi.Â
[caption caption="Ilustrasi:Â tutor2u.net"]