Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Defisit itu Memang Perlu

1 Maret 2016   04:00 Diperbarui: 1 Maret 2016   22:43 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Informasi : IMF Data Mapper

Dari Tabel-1, tiga urutan pertama rerata defisit anggaran (mulai dari paling rendah) adalah Thailand, Indonesia, Turki; sementara tiga urutan pertama rerata pertumbuhan PDB (mulai dari tertinggi) adalah : India, Indonesia, dan Malaysia. Jika dihitung Score-nya (penjumlahan Defisit Anggaran dan Pertumbuhan PDB), urutan peringkatnya mulai dari paling tinggi adalah Indonesia (Top Rank), Thailand, Turki.

Dari perbandingan ini, model India memberikan pembelajaran bahwa defisit besar akan memberikan pertumbuhan hampir 8% sementara jika dilihat model Thailand dengan pengendalian ketat pada defisit anggaran memberikan pertumbuhan 3%.

Investasi Infrastruktur Sangat Perlu

Pilihan pengembangan infrastruktur untuk peningkatan pertumbuhan tidak perlu dikaji lagi. Fokus pada infrastruktur sudah menjadi tekad pemerintah dengan penetapan melalui Perpres 3/2016 (yang mencakup 225 Proyek Strategik Nasional ditambah 1 paket Ketenagalistrikan). Sementara untuk masa 2016-2019 telah ditetapkan 30 (tiga puluh) Proyek Infrastruktur Prioritas yang langsung dimonitor dan dikendalikan KPPIP (Komite Percepatan Pembangunan Infrastruktur Prioritas), dipimpin Menko Perekonomian. 

Proyek infrastruktur Prioritas ini mencakup kategori Power & Energy, Transportation & Logistic, Water & Sanitation,  Telecommunication, seperti pada Chart-2 di bawah ini.

[caption caption="PIP30 Detail and Share by Category - Prepared by Arnold M"]

[/caption]

Sumber Informasi : Harian Nasional - Harnas

Dalam kondisi korporasi yang berada dalam tekanan akibat "bencana neraca", sulit berharap akan peningkatan penerimaan pajak. Sementara menunda investasi infrastruktur akibat dana yang tersedia tidak ada atau sangat kurang, berarti mengingkari pemahaman mendapatkan manfaat peningkatan pertumbuhan masa mendatang.

Defisit anggaran dengan batas atas 3% disusun berdasarkan Ceteris Paribus. Angka defisit APBN 2,15% dari PDB bukanlah suatu Tiang Garam (Pillar of Salt) yang tidak bisa diubah dengan tentunya pertimbangan dan manfaat yang matang. Pembelajaran sudah ada seperti diberikan pada Tabel-1; tetapi perlu keputusan segera untuk penambahan Defisit Anggaran; dan jika perlu lebih dari 3% melalui berbagai berbagai skema utang atau instrumen lain. 

Tidak bisa diingkari bahwa Defisit itu Memang Perlu !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun