Pertumbuhan ekonomi US masih belum stabil. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan kebijakan Bank Sentral (The Fed) melalui kebijakan Quantitative Easing dan "very low interest rate".
Tetapi dari sisi perdagangan US - Indonesia selama 2015, Indonesia mendapatkan surplus yang nilainya sekitar USD 12,5 Miliar dan dibandingkan dengan 2014 meningkat sebesar 12% (Lihat artikel : Orkestra Harmoni Stimulus)
Grafik-3
Perekonomian Thailand, Afrika Selatan tumbuh di bawah global bahkan Brazil mengalami pertumbuhan negatif. Malaysia dalam kondisi tertekan tetapi masih dapat mempertahankan pertumbuhan walaupun di bawah 5%; kondisi yang hampir mirip dialami Turki, sementara India memberikan indikasi pertumbuhan yang stabil di atas 5%.
Pertumbuhan China terus turun walaupun triwulan-IV masih 6,9%; dan cadangan devisa China tergerus. (Lihat Grafik-4).
Grafik-4
Demi mempertahankan tingkat pertumbuhan China harus merelakan cadangan devisanya turun dari USD 3.840 Miliar (akhir 2014) menjadi USD 3.330 (akhir 2015), atau berkurang 13,3%. (Bandingkan dengan Indonesia yang hanya turun 5.5%).
Pesat dengan Stimulus
Berdasarkan kajian BPS, kontribusi perdagangan global pada pertumbuhan tidak besar. Dengan demikian, pasar domestik merupakan faktor kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi dan investasi.