Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Inflasi Negatif dan Ancaman Deflationary Spiral

1 Oktober 2015   18:53 Diperbarui: 1 Oktober 2015   19:22 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Inflasi Negatif dan Ancaman Spiral Deflasi

Pengumuman BPS pada 1 Oktober 2015 tentang angka inflasi sebesar minus 0,05% dan inflasi tahun berjalan 2015 sebesar 2.24% layak disambut dengan rasa syukur dengan memberikan apresiasi bagi Bank Indonesia, pemerintah serta para pelaku ekonomi. Angka inflasi tersebut dapat terjadi sebagai buah perbaikan dari sisi persedian dan sistem distribusi dan logistik atas barang-barang kebutuhan; tetapi dapat juga dipandang dari penurunan permintaan akibat daya beli masyarakat turun.

Penurunan harga atau inflasi negatif (disinflasi) juga bukan kabar baik bagi dunia usaha yang banyak pelakunya tengah mengalami Resesi Neraca. Dalam situasi disinflasi yang berkepanjangan akan berdampak pada penurunan penerimaan dunia usaha yang memaksa untuk melakukan pengetatan dan dampaknya pada tenaga kerja. Siklus tersebut adalah Deflationary Spiral digambarkan seperti pada chart di bawah ini.

Penurunan harga barang dan jasa menyebabkan turunnya pendapatan sehingga dunia usaha atau perusahaan perlu melakukan pengetatan biaya serta pengurangan bahkan peniadaan kegiatan investasi. Salah satu cara pengetatan yang dilakukan adalah mengurangi tenaga kerja dan selanjutnya mengurangi belanja yang dampaknya secara agregasi mengurangi permintaan yang berdampak terjadinya kelebihan persediaan (excessive supply).

Kondisi perekonomian yang mengalami tekanan pada permintaan (atau kelebihan persediaan) dan penurunan harga, nilai tukar yang bergejolak (dalam kondisi perekonomian Indonesia berupa depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika), dan pada sisi pendanaan suku bunga pinjaman tinggi merupakan Trilema Deflasi.

Kondisi perekonomian Indonesia yang tengah mengalami tekanan penurunan pertumbuhan (disebut resesi), program stimulus telah diluncurkan dengan tujuan mendorong sektor industri untuk mempertahankan aktivitas produksinya bahkan diupayakan peningkatan Dengan demikian, tenaga kerja dapat terus mendapatkan upah untuk pemenuhan konsumsi. Sejalan program stimulus, dilakukan perbaikan dari sisi regulasi (sering disebut deregulasi) untuk memberikan kemudahan dalam usaha dan menarik minat bagi penanaman modal dari luar (Foreign Direct Investment, lihat artikel : Bukan FDI tetapi Utang Publik).

 

Inflasi Negatif dalam tekanan Depresiasi dan Deflasi Komoditas

Grafik berikut ini memberikan gambaran inflasi dengan nilai tukar dan juga dengan kondisi harga komoditas di pasar global.

Catatan. Sumbu kiri untuk nilai tukar Dolar Amerika (USD) - Rupiah (IDR) dan 100 Yen Jepang (JPY) - IDR; sumbu kanan angka inflasi bulanan hingga September 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun