"Trilili." Tiba-tiba bell pintu depan berbunyi.
"Itu pasti Ary," dalam hati bergumam.
Aku cepat-cepat membuka pintu rumah. Aku kaget, karena yang berdiri di depan pintu bukan Ary tapi sopir pribadinya, Pak Luki.
"Ary mana?" aku bertanya pada sopir pribadinya.
"Masih di kantor. Sebentar lagi baru pulang, sekitar jam delapan malam," jawabnya.
"Pak Ary titip pesan bahwa segera bereskan barang-barang mu. Bahkan Pak Ary berpesan sebelum beliau sampai di rumah, semua barang-barang mu harus sudah selesai berkemas," lanjut Pak Luki.
"Tapi kenapa, Pak?" aku bertanya alasannya. Aku bingung.
Tapi, Pak Luki tidak memberitahuku dan pergi begitu saja. Aku rasa tadi siang kami berdua baik-baik saja sebelum Ary berangkat bertemu Pak Arman.
Sesudah Pak Luki pergi dengan mobil Ary. Aku masuk, menutup pintu rumah dan segera membereskan barang-barang ku. Satu pun tak tersisa.
"Apa Ary mengusirku?" Ah tidak mungkin!" dalam hati berkata demikian sambil berkemas barang-barang ku.
"Atau jangan-jangan rumah ini mau...? Ah!" firasatku.