Seorang guru memiliki strategi atau mempunyai cara mengajar sendiri di sekolah karena ini salah satu ciri khas-nya dalam memberikan suatu materi. Dan memang setiap orang (guru) tentu memiliki kepribadian masing-masing. Haruskah kepribadian itu dibawa dan di terapkan dalam proses pembelajaran di kelas?
Cara mengajar di perguruan tinggi berbeda dengan di sekolah-sekolah baik di Sekolah Menengah Atas (SMA) begitu juga Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebab dari segi karakter atau kebiasaan mereka berbeda.
Oleh sebab itu, seorang guru harusnya "melebur dengan karakter siswa siswi." Misalkan, ini saya memberikan sebuah ilustrasi dalam ekonomi tentang pemasaran atau memahami pasar.
Manakah lebih cepat laris, produknya dibuat menarik atau indah agar konsumen membeli produk tersebut? Ataukah menjual produk sesuai dengan selera konsumen?
Tentu saja, bukan tidak mungkin, produk yang dibuat menarik atau indah (bagus) tidak dibeli oleh konsumen, sudah pasti dibeli. Namun tidak efektif dan efisien.
Contoh, Anda menjual produk mie goreng di desa A tetapi di desa tersebut 80-90% lebih menyukai mie soto otomatisnya dagangan Anda tidak berhasil sebab dari 100% yang laku tidak mencapai 30%. Apalagi 50%.
Sedangkan menjual produk sesuai dengan selera konsumen sudah pasti 50-80% produk atau dagangan Anda laku. Bagaimana dengan seorang guru dalam memberikan suatu materi kepada siswa siswi?
Seperti halnya berdagang, guru harus memiliki pemahaman tentang psikologi kelas (siswa siswi) sebab itu adalah hal penting untuk menjaga agar mereka tidak bosan dan mudah dalam memahami setiap materi yang diberikan kepada mereka.
Di sini, saya memberikan satu contoh lagi, waktu semasa SMA saya dulu, ada salah satu guru. "Menurut saya, beliau adalah guru yang paling cerdas dalam memahami materi dan menyampaikan materi kepada siswa siswi dan apa pun mata pelajaran beliau mampu mengajar; entah itu biologi, fisika, kimia, dan lain-lain."
Ternyata, setelah saya selesai dari bangku kuliah, saya baru menyadari bahwa guru saya dulu (waktu SMA itu) selain paham materi, beliau juga memahami psikologi kelas (siswa siswa). Mengapa?