Untuk siapa program kompor listrik? Untuk masyarakat? Masyarakat yang mana?
Sebelum kita masuk lebih dalam membahas Program Kompor listrik. Alangkah baiknya kita memilah masyarakat terlebih dahulu antara yang membutuhkan dan yang tidak.
Sahabat, contoh sederhananya begini; Masyarakat si A membutuhkan pupuk sedangkan masyarakat si B membutuhkan bibit padi. Lalu, diakan program bibit padi kemudian diberikan kepada masyarakat si A. Apakah diterima? Bisa saja iya. Tetapi, tidak tepat karena masyarakat si A sudah ada bibit padi yang dibutuhkan adalah pupuk. Jadi cocoknya program bibit padi itu diberikan kepada masyarakat si B.
Apakah sudah bisa memahami sampai di sini? Belum? Oke.
Kita lanjut. Mengapa saya memberikan ilustrasi di atas? Begini sahabat, "semua program itu baik" tapi "tidak semua program itu tepat sasaran." Maka dari itu, kita harus memilah masyarakat seperti apa dan masyarakat yang mana membutuhkan kompor listrik.
Tidak mungkin masyarakat pedesaan dengan begitu mudah menginginkan atau menerima program kompor listrik. Apalagi masyarakat yang belum ada listrik. Sebab, kehidupan sosial dan kebudayaan masyarakat itu berbeda satu sama lain. Bila kita melihat secara ilmu antropologi.
Atau di Indonesia semua desa sudah ada listrik (PLN)?
Kemudian, apa bisa budaya masyarakat dari kebiasaan memasak memakai kayu api sebagai bahan bakar (memasak) dirubah menjadi kompor listrik? Apakah semudah itu mereka menerima?
Olehnya itu, masyarakat pedesaan banyak yang masih menggunakan kayu api sebagai bahan bakar untuk memasak. Jadi, tidak cocok bila program ini di luncurkan atau ditujukan kepada masyarakat pedesaan.
Program Kompor Listrik lebih cocok ditujukan bagi masyarakat perkotaan.
Tapi, tidak dapat dipungkiri juga masyarakat perkotaan, pastinya ada yang menerima atau ada yang menolak. Karena selain kompor gas masih ada alternatif lain seperti kompor minyak tanah.
Kalau resiko bagaimana bila menggunakan kompor gas? Tentu harga gas naik. Kalau di pedesaan bagaimana? Masalah naiknya harga gas tidak berpengaruh terhadap kebutuhan dapur (memasak) karena kayu api masih tersedia. Jangankan di kebun di sekitar atau di belakang rumah juga tersedia.