Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan-jangan "Pikiranmu" yang Kuno!

19 September 2022   04:30 Diperbarui: 19 September 2022   06:49 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Percayakah kamu, bahwa ada makhluk lain yang hidup, beda alam dengan manusia? Logis kah bahwa makhluk yang tak kasatmata dipercaya oleh nenek moyang kita (para leluhur dahulu) yang "para ilmuan Barat disebut dengan animisme-dinamisme?"

Secara logika kayaknya tidak mungkin bahwa pohon, gunung, sungai dan lain-lain mempunyai roh atau kekuatan ini tidak rasional, tidak masuk akal.

Lebih gila lagi "kita seakan didoktrin untuk meninggalkan kepercayaan-kepercayaan Leluhur dulu. Sehingga kita berbondong-bondong ingin meninggalkan, dan sebagian mulai ditinggalkan."

Sungguh menyedihkan bila salah satunya sahabat yang mau meninggalkan itu. Mengapa? "Sebab pikirmu bahwa, leluhurmu berpikir kuno, ketinggalan zaman, tidak beradab."

Sekarang, kita ke teknologi. Di sini saya meminjam ilustrasi Cak Nun, misal, SMS yang kamu kirim lewat HP bisa sampai kepada teman atau sahabat yang berbeda pulau atau beda negara dan lain-lain. Kamu pasti percaya itu.

Pertanyaanya: Apakah kamu bisa melihat huruf-huruf yang kamu tulis tadi lalu dikirimkan kepada teman, sahabat atau keluarga?
Bila itu bisa dilihat, lewat manakah huruf-huruf tersebut sehingga bisa sampai kepada teman atau sahabatmu? Apakah huruf yang kamu tulis tadi terbang di udara dan jatuh ke ponsel temanmu?

Bila sahabat memahami kepercayaan-kepercayaan leluhur dahulu dengan bahasa dan atau pengetahuan modern, "sahabat akan gagal paham!"

Mengapa gagal paham? Karena SMS yang telah diilustrasikan di atas (Cak Nun) ketika tidak dipahami secara bahasa dan ilmu teknologi tentu kita tidak dapat memahami itu, dalam adat atau kepercayaan para leluhur pun harus dipahami demikian.

Bagaimana Kepercayaan Leluhur disebut "Sakral" bila dipahami dengan kacamata gelap yang hanya meraba-raba? Bagaimana kamu mengatakan gula itu manis padahal kamu belum mencicipinya?

"Katanya sudah maju" untuk apa datang di Nusantara sekedar "menjelek-jelekkan"? Atau jangan-jangan bangsa ini lebih maju peradabannya dari kamu-kamu semua?

Bailengit, 19 September 2022

Arnol Goleo   [07:28]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun