Menjelang keberangkatan Jokowi ke Korea tempo hari, disaat yg sama partai Golkar melaksanakan Musyawarah Nasional sekaligus pemilihan ketua umum.
Denger-denger nih, kabarnya mungkin ada pesenan khusus kepada Mr. XYZ  supaya  mengamankan seseorang utk menjadi ketua Umum partai Golkar. Apakah ini benar? Belum tentu, namanya juga pendapat diliburan akhir pekan.
Mengapa seseorang ini, saat itu harus di support agar menjadi ketua umum. Maka tak lain dan tak bukan adalah demi mengamankan pilpres tahun 2019.
Karena jika tidak segera di amankan sebagai one way tiket dari partai Golkar. Kepastian dan sekaligus keraguan utk kelanggengan pilpres 2019 akan penuh ketidak pastian dan  akan terus menghantui.
Sudah barang tentu plan A dan Plan B akan selalu di persiapkan. Bayangkan jika Jokowi maju kembali tapi belum ada satu partai politik yg akan mengusungnya sebagai calon.Â
Sementara sisi lain, partai golkar membutuh seorang figur pemersatu utk kembali menyatukan golkar. Figur tersebut tidak harus dari dalam internal golkar tapi yg terpenting paling tidak adalah kembali mengangkat suara golkar.
Sisi lain jokowi yg sebelumnya pilpres 2014 diusung oleh PDI Perjuangan. Tentu butuh juga kepastian dari PDI Perjuangan, karena utk pilpres 2019.sampai  hari ini kepastian itu tak kunjung ada karena PDI P punya mekanisme sendiri dan juga pilpres itu msih 3 tahun lagi.
Tentu Jokowi berhitung, sepertinya belajar dari pilgub DKI. Bagaimana status Ahok sampai hari ini masih menggantung penuh ketidak pastian. Apakah jokowi akan dibuat seperti ini tentu tak ada yg tahu.
Tetapi orang yg ikut menjadi pemain dalam permainan itu tentu harus berhitung cermat. Adalah sangat wajar jika seseorang mengamankan posisinya jauh-jauh hari sebelumnya. Janganlah sewot jika tahu bahwa sebagian dari keadaan ini adalah persiapan pilpres 2019.
Tak ada seorang pun tahu bahwa partai apapun juga sampai saat ini, kecuali golkar, siapa saja yg akan didukung mereka pada pilpres mendatang masih belum jelas.
Menggantungnya kepastian dukungan parpol adalah wajar, karena masing-masing parpol punya mekanisme internalnya. Dan lagi pilpres kan masih 3.tahun. Itulah dunia politik yg selalu penuh kejutan-kejutan di luar nalar normal.