Mungkin saja bahwa kesalahan Ahok adalah “Menyindir” bukan “Menista”
Sederhana jika mendengar pidato Ahok di kepulauan Seribu beberapa waktu lalu. Pidato yang menurut saya mengutip dengan menyindir orang-orang yang pakai surat Almaida 51 untuk menyerang lawan politiknya. Ternyata telah berkembang dan di artikan sebaliknya yaitu dari yang semesti hanya menyindir ternyata telah di anggap sebagai “Menistakan”.
Bagaimanapun jika Ahok bertahan dengan pendapat bahwa dia menyindir bukan menista. Maka tafsir seseorang untuk menerima penjelasan Ahok tentulah tidak sama, sekalipun Ahok telah memintaan maaf kepada pihak pihak yang telah tersindir. Tapi itu boleh-boleh saja asal di sertai dengan argument yang kuat untuk membuktikan bahwa itu bukan menyindir.
Walaupun dengan berbagai logika super canggih, membolak balikkan argumentasi tapi jika belum dilandasikan dengan pandangan objektif. Mungkin agak sulit jika tetap memaksakan bahwa semua serba “pokoknya” Ahok mesti begini, mesti begitu dan sebagainya.
Ukuran objektif itu bagaimana?, Jika itu forum ilmiah, maka gunakanlah metologi yang ada, dengan berbagai hypothesis yang menarik. Tapi jika ukuran objektif itu adalah pokoknya Ahok salah, kemudian selalu di ikuti dengan prasangka negative penuh dengan kecurigaan yang super luar biasa. Namanya bukan objektif lagi. Tapi adalah mengklaim semua dibuat menjadi ‘ Seolah-olah”.
Dalam hal ini mencari-cari kekeliruan Ahok di pulau seribu akan lebih pantas dan bijak jika kita sebut dengan Ahok memang keliru masuk kedalam koridor etika menggunakan Ayat Almaida selaku orang yang non Muslim.
Keliru dalam etika yang di lakukan oleh Ahok, bukan berarti dia lalu dianggap telah “menistakan”, jika pendapat demikian di yakini sebagai suatu kebenaran atau di paksa menjadi benar. Rasanya sindiran Ahok bukanlah suatu dogma yang mesti di tolak mentah-mentah, justru hal demikian menjadi cambuk buat kita semua untuk introspeksi diri.
Demikian pendapat singkat untuk kedamaian nusantara.
Salam nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H