"Kenapa sih semua orang bilangnya nama Abang? Semua pakai nama Dovan, rumah Dovan, mama Dovan. Dovan, Dovan dan Dovan, tidak pernah Diego", kata anak tengahku saat itu.
Kaget mendengarnya, aku jadi sadar ternyata dia butuh pengakuan.
"Gini loh Nak, biasanya yang diingat orang memang nama anak pertama, mama juga gitu kok. Mama tidak mungkin ingat semua nama anak-anak teman Mama. Anak Sulung itu pembawa nama karena dia lahir duluan"
Sepertinya dia bingung menempatkan dirinya. Si sulung selalu disebut pemimpin, si bungsu lebih sering dijuluki si manja. Nah, anak tengah?
"Jadi kapan aku dikenal orang kalau yang diperhatikan cuma anak sulung? Memangnya aku tidak penting?"
Terlahir sebagai anak tengah, dia  merasa kalah pamor dengan kakak dan adiknya.
Kebutuhannya akan sebuah "pengakuan" membuat dia menantang dirinya untuk membuat sebuah pencapaian, itu sebabnya dia memiliki daya juang yang besar. Dia mempunyai visi yang jelas untuk masa depannya.
Anak tengahku pernah berkata dia akan melakukan sesuatu yang harus membuat namanya diingat semua orang, bukan cuma nama kakaknya atau adiknya. Dia ingin menjadi dirinya sendiri tanpa bayang-bayang kakaknya.
"Aku mau membuat semua orang mengenal namaku, Diego. Aku ingin orang memanggil mama dengan Mama Diego, jangan Mama Dovan terus", katanya suatu hari.
"Bagaimana caranya?", jawabku menantang.
"Aku akan menciptakan otak buatan yang canggih, bisa pintar tanpa belajar",katanya.