Sistem daring disinyalir merupakan cara yang paling baik untuk tetap menjalankan pendidikan di Indonesia saat ini.
"Aku tidak suka belajar di rumah, Mama ngajarinya tidak sabaran, bukan seperti Ibu Guru", keluh salah seorang anakku.
Dalam sekelompok masyarakat, metode pembelajaran jarak jauh mungkin tidak masalah tapi untuk sebagian lainnya menjadi masalah karena ketersediaan fasilitas yang belum memadai.
"Sampai kapan sih sekolah begini? Anak-anak susah diatur, tugas sekolah banyak, penjelasan dari guru gitu doang. SPP tidak ada pengurangan tapi pengeluaran bertambah terus, harus beli quota internet", kurang lebih begitu keluh kesah orangtua.
Pro dan kontra memang selalu terjadi, tapi kehidupan harus tetap berjalan.
Lalu siapa sebenarnya yang paling stres dalam dunia pendidikan seperti ini? Apakah siswa, orang tua atau guru?
"Kami juga puyeng Bu, sebenarnya kerja kami jadi double. Tiap hari kinerja kami dipantau, konsekuensinya juga berat. Selain ditegur bisa juga pemotongan gaji. Jauh lebih enak mengajar tatap muka di kelas", keluh seorang Guru.
Mari kita lihat dari masing-masing sisi.
1. Siswa
Tidak sedikit siswa mengeluhkan sistem pembelajaran yang "terbatas" seperti ini. Ada yang beralasan menjadi lebih susah mengerti pelajaran karena tidak bertatap muka dengan guru. Dengan bertatap muka siswa bisa langsung menanyakan pelajari yang belum dimengerti.
Para siswa juga mengeluhkan pergaulannya yang terbatas, tidak bisa bercengkerama dengan teman-teman sekolah dan ada juga loh yang merindukan saat pagi hari diteriaki mamanya harus buru-buru supaya tidak terlambat ke sekolah. Kalau ini terjadi pada anak saya, kangen diburu-buru
Anak saya kebetulan masih SD, kelas 5 dan kelas 3. Menurut pengakuan mereka, mereka tidak terlalu masalah belajar dari rumah, hanya saja mereka sesekali kangen dengan teman dan gurunya. Mungkin karena mereka masih banyak ditopang orangtua dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah jadi mereka tidak terlalu merasa berat. Hanya kadang mereka kesal jika dipaksa mengerjakan tugas-tugas sekolah pada saat mereka masih ingin bermain.