Harapan dan Kenikmatan Berproses
Setiap manusia pasti memiliki berbagai harapan dalam hidupnya. Kita dapat menarik persamaan dari semua harapan itu, yaitu kehidupan yang lebih baik. Namun, definisi kehidupan yang lebih baik ini pun, pastinya beragam. Demikian pula cara mencapai harapan itu, tentu tidak sama antara satu sama lain. Ada yang menghalalkan segala cara, ada yang totalitas, ada yang setengah-tengah, bahkan ada yang tdak mau berusaha. Nah, tipe terakhir ini Namanya bukan harapan, tapi angan-angan.
Mengapa kita perlu memiliki harapan?
Harapan adalah sesuatu yang kita inginkan, kita cita-citakan, dan yang menjadi tujuan kita. Dapat kita bayangkan, jika manusia tidak mempunyai harapan, hidupnya tidak ada orientasi. Orang seperti ini menjadi malas-malasan dan tidak mau berusaha. Beda halnya dengan orang yang punya harapan, hidupnya akan penuh semangat karena ada tujuan yang ingin diraihnya.
Namun, untuk mencapai apa yang kita harapan ini tidak lah mudah. Setiap orang akan mengalami proses yang berbeda-beda. Sehingga, orang yang berorientasi harapan atau tujuan, sebaiknya menikmati proses bertumbuh dan berkembang ini. Bisa jadi tidak ada standar perlu dilakukan seperti apa dan dalam jangka waktu tertentu. Di sini lah proses pembelajaran hidup ini terjadi.
Kadang kita melihat ada yang begitu cepat dan mudahnya meraih harapannya. Kadang ada juga yang sedang, lama, bahkan ada yang tidak berhasil sama sekali. Tampak tidak adil dari sudut pandang manusia. Namun, sejatinya itu lah proses pembelajaran yang sesungguhnya. Bagaimana kita menumbuhkan kenikmatan berproses, ini penting sekali.
Proses yang kita jalani bukan lah sesuatu yang tiba-tiba terjadi. Kita sudah merencanakannya, melaksanakannya, mengevaluasinya, dan terus melakukan perbaikan. Namun, akhir perjalanan usaha kita bukan kita yang menentukan. Oleh karenanya, dalam Al-Quran ditegaskan: “dan berkaryalah (beramallah)! Niscaya Allah akan melihat (menilai) amalmu, juga rasulNya dan orang-orang beriman”.
Bahkan kepada Nabi Muhammad, Allah bersabda, ““Tugasmu wahai Muhammad, tidak lebih dari menyampaikan. Bukan memberikan hidayah (Taufiq). Hidayah ada pada hak mutlak sang Pencipta.”
Dari kedua ayat tersebut, kita bisa pelajari bahwa Allah memiliki ketetapan “Qadar Allah”. Tugas kita adalah berusaha atau berikhtiar sebaik-baiknya.
Sehingga, mari kita berusaha bersungguh-sungguh. Kita nikmati proses usaha kita. Kita iringi dengan doa, tawakkal dan penuh keyakinan kepadaNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H