Penggunaan daun sirih telah lama digunakan oleh masyarakat umum sebagai obat tradisional. Daun sirih juga dikenal sebagai pengawet alami karena ekstrak daun sirih mengandung senyawa antibakteri dan minyak atsiri. Minyak atsiri ini mengandung senyawa fenolik bakterisida, yang terutama mengandung cedar. Senyawa kaviol lima kali lebih mampu mebunuh bakteri daripada senyawa fenol. Senyawa kaviol ini memberi daun sirih aroma. Daun sirih biasa mengandung minyak atsiri biasa lebih banyak dari daun sirih tua.
   Minyak atsiri mengandung berbagai metabolit seperti chavibetol, chavicol, hydroxychavicol, eugenol, caryophyllene, kadin, allycatechol, picmen, terpine, eucalyptus, sesquiterpenes, dan citosterol. Beberapa metabolit minyak atsiri sirih dilaporkan bersifat antibakteri adalah kavikol . Minyak atsiri daun sirih dapat ditambahkan sebagai pengawet dan memiliki efek antibakteri yang sangat baik.
   Beberapa bakteri Gram-negatif dan Gram-positif dapat mengendalikan minyak atsiri daun sirih. Daun sirih mengandung minyak atsiri dan sering digunakan sebagai obat tradisional. Daun sirih memiliki kandungan yang banyak, sehingga banyak lembaga yang mengelola daun sirih dan menjual produknya. Ekstrak daun sirih sebagai pembersih tangan dibuat dengan cara menghilangkan air rebusan daun sirih dan mengolahnya. Efek antibakteri minyak atsiri dari daun kinma didasarkan pada kandungan senyawa fenolik dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein seluler bakteri. Melalui proses adsorpsi ikatan hidrogen, turunan fenol berikatan dengan sel bakteri dan dalam jumlah kecil terurai menjadi kompleks protein fenolik yang saling berikatan. Fenol kemudian menembus sel, menyebabkan pengendapan protein dan denaturasi.
   Mikroorganisme yang saling berinteraksi satu sama lain berakibat terhadap perubahan dalam molekul protein mengalami perubahan keseimbangan. Sehingga terjadi koagulasi karena perubahan struktur protein. Protein akan kehilangan aktivitas fisiologis jika mengalami denaturasi dan koagulasi menyebabkan tidak dapat berfungsi secara baik. Permebealitas sel akan meninggi karena perubahan struktur pada protein di dinding sel yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel dan kemudian sel akan rusak.
   Daun kinma dapat membunuh bakteri seperti Escherichia coli, Sallmonela sp, Staphylococcus aureus, Staphylococcus haemoliticus, Helobacter pylori, dan dapat ditularkan melalui droplet kecil di tangan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih yang digunakan, semakin kuat efek antiseptiknya, semakin kuat pula penekanan dan pembunuhan bakterinya. Ekstrak daun sirih dibuat dengan cara merebus daun sirih hingga mencapai kadar 5%-25% (Sari, 2006). Jika konsentrasi pengawet 15% atau lebih tinggi, jumlah bakteri akan berkurang hingga konsentrasi 50% sama dengan sediaan gel etanol sebagai daya antiseptik. Sedangkan untuk daya antiseptik yang sama dengan gel triklosan pada konsentrasi 25% mampu untuk menghilangkan semua bakteri di telapak tangan. Dengan kandungan alkohol dalam produk hand sanitizer.
Dapat diketahui bahwa ekstrak daun sirih dan minyak atsiri daun sirih memberikan daya hambat antibakteri yang hampir sama yaitu pada kategori kuat dan sangat kuat terhadap bakteri. Sedangkan stabilitas produk pada sediaan ekstrak sirih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan saat diformulasikan aroma khas yang sangat menyengat pada daun sirih dipengaruhi dengan tingginya tingkat ekstrak yang digunakan. Oleh karena itu, agar produk hand sanitizer dengan ekstrak daun sirih dapat menarik dan laku di pasaran perlu ditambahkan aroma untuk meminimalisir aroma khas tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H