Mohon tunggu...
arnayanti
arnayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

aku suka dengan konten - konten yang berbau mistis dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Akulturasi Budaya di Jember bersama Perwakilan Gus dan Ning Jember di Chord Cafe

29 Oktober 2022   20:03 Diperbarui: 29 Oktober 2022   20:09 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gus dan Ning Jember adalah sapaan untuk duta di Kabupaten Jember. Sapaan ini dikarenakan Kabupaten Jember dikenal sebagai Kota Santri. Pada kegiatan modul nusantara kali ini, kami bertemu dengan Gus dan Ning Jember dalam rangka mengenal akulturasi budaya di Jember.

Jember dikenal dengan Kota Pandhalungan, pandhalungan adalah kebudayaan yang diidentikkan untuk wilayah Tapal Kuda. Pandhalungan secara terminologi memberikan istilah Madura -- Jember untuk para imigran yang menggunakan bahasa Jawa logat Jember. Pandhalungan di jember muncul tidak lepas dari segi historisnya. 

Pasca ditetapkannya jember sebagai afdelling independen mengakibatkan didirikannya berbagai macam  sarana -- prasarana sehingga mengakibatkan gelombang migrasi berbagai etnis seperti Jawa, Madura dan etnis lainnya.

Akulturasi yang terbentuk dari budaya Pandhalungan yaitu tarian, bahasa jemberan, makanan dan seni musik jemberan. Salah satu tarian yang merupakan akulturasi adalah Tarian Lahbako. Tarian ini adalah tari tradisional yang menggambarkan petani yang sedang menanam dan mengolah tembakau. 

Yang dimana tembakau ini adalah komoditi ekspor wilayah jember selain kopi, karet dan kakao. Bahasa Jemberan yang dimaksud yaitu pada pengucapan katanya. Di dalam bahasa jemberan terdapat beberapa kata pengulangan yang pada pelafalannya tidak disampaikan secara utuh, contohnya ku -- mlaku (jalan -- jalan), lun -- alun (alun -- alun), dan sebagainya.

Akulturasi menghasilkan nilai -- nilai seperti nilai inklusifitas, nilai mendahulukan dialog dan nilai menghargai perbedaan. Nilai inklusifitas adalah setiap aspek dalam bermasyarakat diharuskan belajar dan menerima adanya perbedaan dengan tujuan agar masyarakat mampu menjaga kepercayaan, saling memahami dan saling menghargai. 

Nilai mendahulukan dialog artinya masyarakat jember yang terdiri dari masyarakat Madura dan Jawa menggunakan bahasa jemberan atau dialek jawa jemberan untuk memudahkan komunikasi antara orang - orang Madura dan Jawa maupun sebaliknya. 

Nilai menghargai perbedaan artinya di dalam masyarakat yang tentunya memiliki latar belakang yang berbeda - beda harus menumbuhkan sikap sosial yang positif untuk membina kebersamaan dan sikap menghargai perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun