Mohon tunggu...
Arnani Widjanarko
Arnani Widjanarko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Hukum

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Tanpa Politik Identitas, Bagaikan Sayur Tanpa Garam

3 Desember 2023   22:21 Diperbarui: 3 Desember 2023   23:18 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik identitas sering dikaitkan dengan agenda politik, tindakan, dan aktivitas anggota kelompok berbasis identitas. Mereka mengorganisir dan memobilisasi diri untuk menghadapi ketidakadilan yang disebabkan oleh struktur, institusi, atau praktik hegemoni yang dialami kelompoknya.

Kesetaraan bagi semua orang tanpa mengabaikan kepentingan bersama adalah prinsip yang terlebih dahulu diperjuangkan dalam praktik politik identitas.  Kendati kini beralih menjadi alat perebutan kekuasaan oleh kalangan elit politik untuk mendapatkan suara dalam pemilu, hingga saat ini. Berbagi hal dilakukan mulai dari kritik, adu program, dan gagasan berkelindan dengan latar belakang ideologi serta sentimen identitas. Namun, justru sentimen identitas itulah hal dominan yang terinternalisasi dalam memori publik kita.

Berbagai masalah dan kritik yang menjadi  kerikil dalam sepatu bagi kandidat presiden dan calon wakil presiden biasanya bermula dan berakhir pada sentimen identitas, mereka saling bersaing untuk mendapatkan perhatian rakyat, layaknya remaja mengumbar harapan dan cintanya untuk mendapatkan cinta sejati dari kekasihnya.

Seperti halnya Ganjar Pranowo, calon presiden dari Partai PDIP, yang muncul dalam program Azan Magrib di stasiun televisi swasta.  Ganjar muncul dalam adegan salat berjamaah, mengenakan kemeja putih dengan peci hitam dan sarung batik. Ganjar tampil dan mengizinkan jemaah masuk ke dalam masjid. Hal tersebut menjadi viral karena banyak masyarakat yang  ramai membahasnya dan menganggapnya sebagai politik identitas.

Tetapi, Hasto berpendapat bahwa itu bukanlah politik identitas. Hasto berkata "Kalau politik identitas itu kan politik yang tidak mencerdaskan kehidupan bangsa, politik yang miskin prestasi". Jika kita lihat benarkah bahwa penayangan Azan Maghrib yang didalamnya terdapat Ganjar bukanlah termasuk dalam politik identitas ataupun pencitraan semata?

Disisi lain Prabowo Subianto dilaporkan karena diduga memasang iklan program susu gratis yang menampilkan anak-anak di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Tetapi dugaan tersebut langsung dibantah oleh Budisatrio bahwa iklan politik tersebut tidak ada  melibatkan anak-anak. Ia menyebutkan anak-anak yang muncul dalam video iklan tersebut merupakan hasil dari rekayasa lewat Artificial Intelligence (AI). Banyak masyarakat yang juga membela dan memuji Prabowo karena telah menggunakan teknologi AI untuk iklan di televisi, hal ini merupakan suatu terobosan terbaru di tengah berkembangnya kemajuan teknologi.

Jika kita lihat bukankah hal yang dilakukan Ganjar dan Prabowo termasuk dalam politik identitas. Lalu mengapa masyarakat memberikan respon yang berbeda terhadap keduanya? Apakah karena taktiknya berbeda? Atau ada hal-hal lainnya yang mempengaruhi respon masyarakat terhadap Ganjar dan Prabowo.

Politik identitas sendiri adalah kegiatan politik yang didasarkan pada identitas seseorang, seperti etnis, ras, suku, atau agama, dengan tujuan mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari masyarakat untuk mendapatkan dukungan.

Dari dahulu hingga sekarang Indonesia sendiri sudah sering melakukan politik identitas dan black campaign (kampanye hitam) dalam proses kampanye menjelang pemilu. Lalu apakah pemilu di tahun 2024 ini akan bersih dari politik identitas ataupun black campaign? mari kita tunggu dan saksikan bersama bagaimana proses pemilu ini berjalan, seperti lirik lagu Sheila on Seven, "Seberapa pantaskah kau untuk ku tunggu Cukup indahkah dirimu untuk selalu ku nantikan?

Apakah proses pemilu di tahun 2024 ini juga akan memberikan akhir yang indah?


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun