Suasana haru masih menyelimuti pemakaman Rania . Begitu banyak tetesan air mata yang mengalir di sudut mata orang - orang yang melayat di sana . Tapi tak terdengar lagi suara tangisan dari orang tua Rania , seperti mereka sendiri sudah lelah menangisi kepergian anak mereka yang takkan kembali hidup lagi . Banyak bunga - bunga beraneka warna bertaburan di atas tanah makam Rania . Semua menaburkan bunga tak terkecuali Rangga dan teman - temannya .
Satu per satu orang mulai pergi meninggalkan pemakaman Rania . Dari tetangga nya teman - temannya sampai dengan orang tuanya . Mereka takkan tahu bahwa mereka sedang diawasi oleh sepasang mata di balik pohon . Sepertinya sosok misterius berjaket hitam itu , ingin menunggu sampai s'mua orang sudah pergi dari sana . Dilihatnya tidak ada lagi orang di sana , dengan mengendap - endap dia keluar dari balik pohon tersebut . Yakin tak ada lagi orang yang melihatnya , dia langsung berjalan menuju tanah pemakaman itu . Tiba di depan makam Rania , tak terdengar sepatah kata yang diucapkannya . Hanya tetesan air mata yang jatuh di batu nisannya . Dia duduk bersimpuh , menangis sambil memeluk batu nisan . Hanya dia dan keheningan yang mencekam menemaninya sepanjang dirinya menangis di depan makam seorang wanita . Mungkin wanita itu sangat berarti bagi dirinya , tak mungkin dia menangis sepilu itu .
" Rania ... kepergian dirimu tak bisa kuikhlaskan begitu saja ... akan kubalas semua kepada mereka yang mengorbankan nyawamu secara sia - sia ... agar mereka tahu betapa tersiksanya dirimu ... "
Setelah dia berkata , kepalanya setengah menengadah , tatapan matanya dingin dan matanya memerah kini api dendam mulai membara di hatinya .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H