Berhati-hatilah dengan tiap kata yang ingin anda ucapkan atau FA akan mengambil sikap tegas dan anda hanya bisa jadi penonton atau ban kapten dicopot dari lengan anda. Tidak percaya? Lihatlah Luiz Suarez striker andalan Liverpool, yang selama delapan pertandingan hanya menjadi penonton di sepakbola Inggris. Menghina warna kulit Evra dengan kata-kata dan sikap itu salah.
Atau yang terbaru adalah pencopotan ban kapten timnas Inggris (lagi-lagi) dari lengan John Terry karena menghina Anton Ferdinand juga soal warna kulit. Sikap rasis adalah haram dalam sepakbola. Tidak hanya membuat berang otoritas sepak bola tetapi juga pemain yang dihina. Zidane bahkan sampai perlu menghajar Materazzi dengan kepalanya pada piala dunia 2006 di Jerman, karena kata-katanya yang menghina.
Penikmat sepak bola juga gemas. Tidak ada pemain yang pernah melakukan aksi rasis yang mendapat simpatik. meski sebelumnya adalah pemain hebat dengan aksi-aksi ciamik. Sebaliknya, pemain bengal dengan aksi keras di lapangan akan serentak mendapat simpatik dunia untuk sikap fair play di lapangan. Beberapa tahun silam, Di Canio adalah pemain bengal dan keras, tetapi serentak menjadi contoh sikap fair play setelah dengan sengaja menendang bola keluar gawang karena penjaga gawang lawan sedang terbaring sakit. Padahal Di Canio punya peluang mencetak gol ketika itu.
Ya... sepak bola itu bukan hanya soal bagaimana bersikap dengan bola, tetapi bagaimana bersikap dengan lawan dan kawan. Perilaku berlebihan, selebrasi dengan sikap rasis dan pongah itu salah. Ini bukan kontes kecantikan sehingga wajah ikut menjadi kriteria penilaian, karena jika demikian bukankah sebaiknya ikut Miss Universe atau semacamnya? Tetapi mungkin juga akan gagal kalau tidak mampu bersikap cerdas. Bahkan di ajang yang mereka sebut memilih perempuan tercantik itu, brain dan behavior juga jadi poin penilaian.
Sepak bola adalah seharusnya tontonan sportivitas tertinggi dan otoritas sepak bola wajib menjaga itu agar tidak ternoda. Maka... ketika otoritas sepak bola tidak berhasil mempertontonkan sikap sportif, bisa dibayangkan bagaimana kacaunya kompetisi itu. Para pemain saling menghina, mengklaim sebagai yang terbaik, menuduh yang lain bermuka jelek dan itu berlaku setiap saat tanpa garis batas yang jelas.
Saya jelas salut dengan FA di Inggris dan FIFA di dunia ini yang selalu bersikap tegas mengawasi tingkah pola pemain; di saat yang sama saya khawatir dengan nasib sepak bola tanah air. Orang-orang penting di sepak bola sibuk saling menuduh, mempertontonkan sikap tidak sportif; media massa terkotak-kotak menjadi kelompok pro dan kontra. Tim nasional menjadi timpang dan setiap saat kita hanya bisa berharap masalah ini segera selesai agar kita bisa bicara prestasi. Tapi kapan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H