Mohon tunggu...
Armin Bell
Armin Bell Mohon Tunggu... profesional -

Blogger, Orang Indonesia, Telinga - Sebuah Antologi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sedih, Dua Klub di La Liga dan Dua Kompetisi di Indonesia

15 Februari 2012   11:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:37 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Di Indonesia, di kalangan penggemar -atau yang mengaku menggemari- La Liga, hanya dua klub yang mereka bicarakan. Barcelona dan Real Madrid; dan klub-klub lainnya. Demikian para pencinta bola menyebutnya. Karena siapakah penggemar Levante? Pendukung Athletic Bilbao sama banyaknya, dan biasanya adalah pendukung Real Madrid kalau tim itu sedang menghadapi Barcelona. Ya... arus utama fans sepak bola La Liga adalah dominasi Madridista dan Barcelonistas. Big Match di liga itu hanya dua kali sepanjang tahun; Barca vs Madrid di Camp Nou dan Madrid vs Barca di Santiago Bernabeu.

Ini menyedihkan karena tim-tim lain seperti 'antara ada dan tiada'. Mereka ada saat berjadwal tanding dengan Barca atau Madrid, selebihnya hilang dari obrolan. Tetapi liga ini memproduksi macam-macam 'terbaik' di pentas sepakbola dunia. Tahun kemarin, tiga kandidat terbaik dunia adalah produk La Liga. Lionel Messi akhirnya keluar sebagai juara, mengalahkan rekan setimnya Xavi Hernandes dan saingan utamanya Real Madrid. Barcelona terpilih sebagai tim terbaik, dan Joseph 'Pep' Guardiola menjadi pelatih terbaik. Apa kabar liga ketat seperti Inggris, Jerman dan Italia? Baik-baik saja tetapi tidak mampu mengalahkan dominasi dua klub Spanyol ini.

Buat saya ini menyedihkan dan tidak menarik ketika kompetisi sepakbola hanya didominasi oleh dua kesebelasan, dan tim lain, sepanjang musim hanya berjuang keras untuk duduk di peringkat 3, 4, 5 dan seterusnya.

Tetapi sesungguhnya yang paling menyedihkan adalah persaingan dua klub itu menjadi tidak menarik lagi di La Liga.

Pertama, Real Madrid meninggalkan Barcelona di peringkat kedua klasemen sementara dengan selisih sepuluh poin.  Apa kabar Messi, Iniesta, Xavi dan Guardiola? Punya jutaan fans tetapi merana bahkan sebelum akhir musim.  Inikah wajah tim terbaik Eropa? Dan Madrid, benarkah sepakbola hanya urusan menang melawan Barcelona dan untuknya maka Pepe boleh bermain kasar dan berperilaku tidak menyenangkan? Tidak menarik karena persaingan yang tidak mendebarkan; bandingkan dengan ketatnya kompetisi Liga Inggris atau Italia ketika beberapa klub berpeluang salib menyalib.

Kedua, dua klub di Liga Spanyol itu menjadi tidak menarik dan hanya menyebar aroma permusuhan pada fans. Bahkan di kota Madrid, lagu-lagu Shakira, penyanyi seksi nan enerjik itu tidak boleh diputar atau dinyanyikan, karena Shakira adalah kekasih dari Pique yang adalah pemain bertahan Barcelona. Liga Spanyol itu menyedihkan karena memaksa mengkaitkan diri pada sejarah Pemberontakan Catalan. Ini sepak bola dan perang itu sudah sekian abad berlalu di tahun 1600-an. Tidak menarik karena (justru) terlampau mendebarkan.

Maka, Liga Spanyol menjadi tidak menarik, atau jika dipaksakan menarik, mungkin adalah pertukaran gelar mereka dari tahun sebelumnya. Real Madrid dari Copa Del Rey ke (mungkin) Juara Liga dan Barcelona dari Juara Liga ke (mungkin) Copa Del Rey.

Sepakbola Indonesia sesungguhnya lebih menarik. Meski sudut tarikannya justru pada menarik karena aneh dan bukan karena menarik. Ya... bukankah aneh menyaksikan kompetisi sepak bola kita? Ada dua liga besar yang satu adalah liga (yang dianggap) tidak resmi, diikuti oleh klub-klub yang punya sejarah panjang dalam sepakbola tanah air dan lainnya adalah liga resmi tetapi diikuti oleh klub-klub tanpa catatan menarik atau klub-klub pecahan dari liga (yang dianggap) tidak resmi.

Lebih aneh lagi karena mereka seperti bertukar posisi dari tahun sebelumnya. Liga Super Indonesia yang ditayangkan di ANTV itu, tahun lalu adalah liga resmi PSSI dan sekarang dianggap ilegal; dan Liga Premier Indonesia pada tahun sebelumnya dianggap sebagai pemberontak tetapi tahun ini adalah liga yang diakui otoritas sepakbola negeri ini, meski hanya diikuti oleh 12 klub yang membuat saya bertanya-tanya bagaimana kita bisa bicara kualitas kalau hanya bersaing dengan jumlah klub yang terbatas? Praktisnya, juara 1 dari 12 klub jelas tidak fantastis jika dibandingkan dengan menjadi juara 1 dari 18 klub.

Ah... Di Spanyol sepak bola dipaksa membawa aroma perang masa lalu, di Indonesia sepak bola telah menjadi komoditas politik oleh para elit. Dan setiap hari, ketika turnamen antar kampung a.k.a. tarkam mulai digelar, Ketua Panitia akan memberikan sambutan tentang pentingnya fair play dan perwakilan dari tim wasit akan bicara soal menjalin keakraban sembari menuai prestasi melalui sepak bola. Tetapi peserta tarkam itu harus belajar di mana?

Spanyol gudangnya 'yang terbaik' di dunia tak banyak memberikan teladan, di Indonesia sama saja. Lalu bagaimana bicara prestasi sepak bola lokal? Jangan bilang, "Sebaiknya kita belajar dari Liga Inggris!". Di tempat kami di Flores tanpa jaringan televisi dengan antena UHF, Liga Inggris hanya bisa disaksikan di televisi berbayar dan bukan antena parabola yang (padahal) harganya mahal. Sedih bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun