Mohon tunggu...
Armin Bell
Armin Bell Mohon Tunggu... profesional -

Blogger, Orang Indonesia, Telinga - Sebuah Antologi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dipo Alam Mungkin Belum Baca Surat Romo Magnis

22 Mei 2013   17:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:11 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang dalam posisi defensif akan berupaya mati-matian untuk membuktikan bahwa yang tidak disukainya adalah tidak benar. Itu kata teman saya Poje yang langsung ditweet saat itu juga oleh teman saya yang lain; namanya Ucique. Kami sedang ngobrol santai malam itu, berteman kopi, bir, kacang-kacangan dan lelucon. Ini tentang pihak yang diserang lalu blingsatan terkaget-kaget.

Pak Dipo sepertinya sedang defensif. Sekretaris negara yang sering dianggap terlampau emosional itu beberapa waktu ini menyerang Romo Magnis, rohaniwan Katolik yang menulis surat terbuka mempertanyakan rencana sebuah lembaga di Amerika memberikan anugerah toleransi kepada Presiden SBY. Romo Magnis dengan tidak ragu menyebut rencana tersebut sebagai sesuatu yang memalukan. Istana gerah, bukan SBY sepertinya, tetapi orang-orang dekatnya.

Dipo berkicau tra la la tri li li di jejaring sosial twitter, salah satunya: Umaro, ulama dan umat Islam di Indonesia secara umum sudah baik, mari liat kedepan, tidak baik pimpinannya dicerca oleh yang non-muslim FMS. Bapak yang satu ini memilih kata 'cerca' untuk menjelaskan bahwa yang Romo Magnis lakukan adalah serangan personal pada SBY; sesuatu yang menurut saya salah besar karena rohaniwan Katolik itu tidak sedang berurusan dengan SBY tetapi dengan lembaga yang berencana memberikan penghargaan.

Bagaimana mungkin Anda mengambil keputusan ini tanpa bertanya pada orang-orang terkait di Indonesia? Itu adalah bunyi surat Romo Magnis, yang kalau dibaca dengan kemampuan yang cukup akan jelas berarti bahwa surat itu untuk The Appeal of Conscience Foundation (ACF) dan bukan untuk Tuan Presiden. Lalu mengapa Dipo tersinggung? Mungkin karena kalimat lain dalam surat itu: Semoga saja Anda tidak mengambil keputusan ini karena dorongan orang-orang di pemerintah kami atau dari kalangan kepresidenan? Hemat saya, ini juga bukan serangan kepada Presiden koq ;-)

Hal lain yang menarik adalah penggunaan kata non-muslim pada kicauan Dipo, seolah ingin bilang bahwa untuk soal toleransi, yang non muslim sebaiknya tidak bicara. Atau? Ah... yang pasti Dipo oleh beberapa tweeps, untuk kalimatnya itu dianggap sedang melakukan semacam provokasi. Oooops... mudah-mudahan kali ini saya yang salah baca hehehehe.

Dipo juga berkicau demikian: Konflik intra Islam sdh ada sejak dulu, tidak perlu dibesarkan issue minoritas ditindas mayoritas. Yang kita tentang adalah tindak kekerasan. Hah? Apa ini? Dipo twitteran sambil tidur atau tidur sambil twitteran? Dipo lupakah bahwa konflik internal yang sudah ada sejak dulu itu kerap diwarnai dengan kekerasan, bahkan hampir sama dengan kekerasan? Ya, di negeri ini konflik telah dibaca sebagai kekerasan; maka menentang tindak kekerasan sama dengan menentang konflik. Dipo oh Dipo...

Dipo lupa soal. Bahwa surat Romo Magnis itu bukan untuk mencerca SBY tetapi untuk lembaga ACF, seharusnya Dipo ingat itu. Sehingga tidak perlu bersikap sebegitu defensifnya. Tetapi begitulah, Poje bilang: Orang dalam posisi defensif akan berupaya mati-matian untuk membuktikan bahwa yang tidak disukainya adalah tidak benar! Mungkin perlu ditambah begini: Orang dalam posisi defensif seperti Dipo akan lupa apa yang dia baca. Atau dia tidak baca suratnya? Makanya, Romo Magnis seharusnya ketika menulis surat dalam Bahasa Inggris seharusnya memberi tembusan dalam Bahasa Indonesia, tetapi kepada siapa? :-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun