Mohon tunggu...
Armin Bell
Armin Bell Mohon Tunggu... profesional -

Blogger, Orang Indonesia, Telinga - Sebuah Antologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sutan Bhatoegana, Tidak Menerima Uang Itu Hebat Tetapi Egois

13 Februari 2012   14:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13291538761282290894

[caption id="attachment_170773" align="aligncenter" width="620" caption="Sutan Bhatoegana (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)"][/caption]

Secara pribadi saya melihat Sutan Batugana sebagai politisi aneka rasa. Sekali waktu terlihat menggelikan, di lain hari bersikap menjengkelkan dan kadang tampil manis dan menyenangkan. Pembesar di partai penguasa ini pernah sangat menjengkelkan ketika mati-matian bilang bahwa tidak akan ada perpecahan di tubuh Partai Demokrat. Itu pernyataannya berbulan silam yang saya anggap menjengkelkan karena justru saat publik sudah mulai melihat ada gejala saling tuding di kalangan elit.

Tetapi hari ini, tampil dengan batik biru, Batugana terlihat menyenangkan karena (tumben) tidak bicara pake nada tinggi dan teriak-teriak. Akhirnya saya berhasil melihatnya lama tanpa harus mengecilkan volume televisi dan bilang, "Biasa aja kaleee, gak usah teriak-teriak." Sering tampil percaya diri di televisi sambil kadang mengutip Haditz untuk mendukung argumennya, anggota komisi VII DPR RI ini terkenal dengan insting berdebat yang berlebihan. Beberapa politisi Demokrat memang juga kadang demikian, tetapi Batugana terlihat lebih 'ngotot.'

Maka meski terheran-heran karena dirinya tidak teriak-teriak lagi, tetapi saya jauh lebih betah melihatnya di televisi hari ini. Sutan Batugana menjadi salah seorang tamu di studio Metro TV dalam program Metro Hari Ini sesi dialog. Meski berulang kali dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan dengan nada 'menyerang' oleh Kania Sutisnawinata, Batugana tetap berbicara 'lembut' dan tersenyum. Hari ini -seperti juga hari-hari sebelumnya selama dua pekan terakhir-, Metro Hari Ini menyajikan tontotan tentang kisruh Demokrat, kali dengan tema: Anas Terus Dibidik.

Fokus dialog adalah pada adanya aliran dana suap yang beredar dalam Pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat di Bandung beberapa waktu silam. Demokrat sedang dirundung masalah berat, beberapa kader ditetapkan sebagai tersangka, yang lain dicekal dan tak boleh ke luar negeri, beberapa simbol mendadak terkenal; Apel Malang untuk Rupiah dan Apel Washington untuk Dollar Amerika. Setelah ditelusuri oleh media, petugas hukum dan (kadang) pengamat, salah satu hal yang membuat mereka terlibat pada gurita korupsi adalah suksesi Ketua Umum Partai.

Satu persatu mulai bicara tentang uang itu, uang yang beredar di Bandung itu, yang membuat Anas Urbaningrum terus 'dibidik' dan terancam tidak lagi menjadi Ketua Umum, meski SBY mengatakan secara konstitusional Partai, Anas tidak akan dipecat. Sutan Batugana datang ke Metro TV untuk memberikan konfirmasi isu tersebut. Benarkah ada suap menyuap di Bandung ketika itu?

Sutan tidak marah-marah. Tidak teriak-teriak. Dengan nada tak biasa (baca: lembut) dia meladeni pertanyaan Kania dengan curhat. "Saya tidak mau bicara tentang orang di luar saya. Saya hanya mau bicara tentang saya," katanya sambil tangan dikatupkan di depan dada. Dia bicara lagi, "Saya tidak tahu apakah ada uang-uang itu, karena saya tidak mau dan tidak mau tahu tentang politik uang."

Pada bagian lainnya, Sutan menjelaskan bahwa dirinya tidak suka politik uang dan tidak ikut terlibat dalam suap menyuap itu. Sutan berulang kali bilang bahwa dirinya tidak terlibat dalam urusan politik uang. Saya menangkapnya sebagai pernyataan bahwa Sutan Batugana bersih dari money politics dalam urusan pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat. Ini adalah sikap yang hebat. Sekali lagi HEBAT. Di negeri ini, politik uang itu sudah jamak ditemui, tetapi Sutan tidak tergoda. Bahkan ketika mencalonkan diri sebagai Ketua Demokrat di Bali, Sutan juga tidak melakukan upaya suap. Hasilnya hanya lima orang yang memilihnya dan Sutan kalah.

Maka tampak jelaslah sudah bahwa Sutan Batugana adalah politisi yang hebat karena mampu menolak godaan apel-apel itu. Tetapi anggota DPR ini lupa bahwa menjadi politisi itu adalah menjadi anggota organisasi. Maka ketika organisasinya 'rusak', percayalah... mereka-mereka yang ada di dalamnya juga 'dianggap' rusak. Sehingga, sesi curhat Sutan di Metro TV hari ini terlihat seperti pembelaan diri pribadi dan bukan sikap yang pantas ditunjukkan oleh seorang anggota organisasi. Ingat, kepentingan umum selalu di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Curahan hati Sutan tentang dirinya yang tidak menerima suap jelas membuat banyak kalangan bersimpati padanya. Tetapi begitukah sikap yang pantas ditunjukkan oleh seorang kader partai? Menyelamatkan diri sendiri, menaikkan personal branding dan bilang, "Saya tidak tau teman-teman lain terima uang itu atau tidak, tetapi saya tidak terima!", sesungguhnya adalah cermin ketakutan yang luar biasa dari seorang Sutan yang selama ini seperti tidak pernah takut. Ya, Sutan takut dianggap sama buruknya dengan rekan-rekan separtai, lalu mulai mempublikasikan diri sebagai orang yang tidak menerima suap.

Dengarlah Tuan Batugana, tidak menerima suap itu hebat tetapi egois karena dirimu tidak berusaha menularkan sikap luar biasa itu pada rekan-rekan separtai. Andai dulu ketika kongres di Bandung itu, Tuan Batugana bersikap tegas dan mempengaruhi politisi lain untuk bersikap sama dan tidak menerima uang, maka hasilnya pasti beda. Partai anda akan tetap baik dan anda tidak perlu sibuk menyelamatkan diri dengan curhat di televisi di samping Kania. Tidak menerima suap itu hebat tetapi egois karena melakukan hal baik itu sendiri dan tidak berjamaah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun