Mohon tunggu...
armin
armin Mohon Tunggu... Insinyur - Blogger

Blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengamatan Sosial: Punk Dulu, Kini, dan Nanti

21 Desember 2019   11:03 Diperbarui: 21 Desember 2019   11:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terus terang,gue nggak ada kapasitas dalam menelisik sejarah awal punk sampai menjadi fenomenal
baik dari scope global maupun di Indonesia,sedang yang di atas tadi adalah dari beberapa sumber
yang gue rangkum itu beberapa dari majalah,dari lagu yang pernah gue beli kasetnya
di emperan delta plaza&WTC Surabaya pada jamannya 2003-2008 banyak anak punk
yang berjualan kaset di sana,mau itu original/bajakan atau dari produksis endiri
lalu sumber juga gue dapat dari diskusi sama anak punk
yang udah cukup pengalaman saat itu,sambil join g*nj* lintingan
tahun 2006 lalu di gang setan yang terkenal anak punk nya.

Seperti yang gue tulis di atas(*) bahwa memang koloni punk ini
mereka selalu berkelana,yang gue tau,mereka hanya ingin menyuarakan anti-kemapanan
dan protes keras terhadap segala penyakit sosial pemerintah
hidup mereka yang nomaden,cara mereka cari uang dengan mengamen-polisi cepek di jalanan
adalah simbol protes kesulitannya bahwa negara ini sedang tidak baik-baik saja.

Sebenarnya kalau di teliti dari latar belakangnya,mereka ini anak-anak dari keluarga yang mampu
ada yang kebanyakan broken home,atau memang pengen ikut-ikutan (kenakalan remaja)
ada yang memang berasal dari keluaga tidak mampu+broken home=ironis
ada yang benar-benar anak terbuang,kurang perhatian
sayangnya,mereka yang mampu ini tidak menjadi anak sebagaimana mestinya di usia mereka
belajar yang bener,lalu dengan karya seni yang memikat bisa menyuarakan protes mereka
malah menggelandang di jalan,tanpa arah dan tujuan,tanpa target,tanpa goal,tak berlebihan jika di katakan
hidup mereka tanpa tujuan,karena mereka tidak tau sampai kapan di jalanan
dan demi apa mereka seperti ini,nggak ada sesuatu yang mereka perjuangkan,karena pemberontakan mereka semu

Mereka selalu menegaskan bahwa mereka lebih baik mengamen,kerja seadanya di jalanan
tapi dalam keadaan terpaksa,cara mereka mengamen atau menjaga parkiran lebih seperti memalak
di Tangerang contohnya,saat di amankan petugas mereka merasa berhak mengamen di jalanan
padahal sudah ada UU yang mengatur tentang kehadiran anak jalanan.

Nah,di sini mereka merasa tidak ada keadilan mereka,apakah mereka memperjuangkan hak-hak mereka?
tidak,mereka malah menentang petugas,ini bukan pemberontakan yang cerdas
lagi-lagi mereka hanya mengkritik dengan lagu yang mereka nyanyikan di lampu merah atau angkot
iya,angkot dengan penampilan yang lusuh,mulut bau alkohol,tampang menyeramkan,dengan meminta receh yang memaksa
atau mengkritik dengan lagu-lagu pedasnya di lampu merah
ada lagi yang lebih lucu,kritikan mereka hanya di dengar oleh sesamanya,di parade mereka sendiri.

Punk yang Seharusnya

Punk berasal dari pemberontakan,punk adalah jiwa pemberontakan,punk tidak hanya penampilan,lebih pada idealisme
percuma rambut mohawk,play list dead kenedys,bad religion,even SID,marjinal,blingsatan,fastcrash,cubfires
tapi nggak ngerti tujuan nye-treet (hidup di jalan punk street)
percuma juga datang ke parade punk,pogo,mabok lem,tapi malak
jadi preman aja sekalian,biar jadi anggota ormas,malah dapet duit.

Better,ikuti jejak senior punk,mungkin komunitas taring babi yang di Jakarta
mereka berkarya,mereka belajar Agama,tapi keep on the track dengan pemberontakannya yang khas
mereka bertujuan sehingga nggak mudah di tunggangi kelompok lain.

Belajar musik yang benar,bergaul lintas golongan,pelajari bahasa
perkaya wawasan,tentukan tujuan pemberontakan,sehingga kamu bisa menginspirasi orang lain
bahkan menunjukkan bahwa ideologi punk yang kamu bawa,adalah pemikiran yang menarik
kamu akan mengangkat nama punk dan komunitasmu.

Pulanglah ke rumah,belajar,jalani kewajiban sebagai seorang anak,berbaktilah pada orang tua
imbangi kehidupan sosial dan spiritual,tetaplah beragama,perluas wawasan dan pergaulan
terserah bagaimana penampilan dan memenuhi rasa candumu terhadap rokok,ganja atau minuman kerasmu,itu hakmu
tapi,tempatkan dirimu pada porsinya,bertindaklah seharusnya bagaimana ideologimu,seperti apa?
seperti kritikan dari lagu-lagu yang sering kau dengar,dari penampilan yang pernah kau tunjukkan pada dunia
tak harus menjadi persis seperti mereka yang menginspirasimu,tetap jadi diri sendiri dengan kemampuanmu
kami menanti karya terbaik mu dalam pemberontakan untuk perbaikan bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun