Gempa Aceh yang terjadi beberapa waktu lalu telah menimbulkan perhatian mendalam dari para pakar gempa dunia. Disamping dianggap fenomena langka dan jarang terjadi juga dikarenakan ketinggian tsunami di luar perkiraan atau hanya sekitar 10 - 150 cm saja. Menurut Kepala Divisi Riset TDMRC Unsyiah, Syamsidik hal ini disebabkan bahwa gempa yang terjadi itu berada di luar zona subduksi atau zona pertemuan lempeng Indo-Australia di samping itu juga mekanisme fokal dari sumber gempa tidak sama dengan gempa tsunami tahun 2004 lalu. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang mendalam untuk mengetahui mekanisme kejadian gempa. Panjang bidang fokal diperkirakan 600-700 km dan arah patahan berada pada diagonal sumbu timur laut-barat daya Simeulue. Kemudian arahnya memotong garis subduksi Indo-Australia ke dasar lempeng sehingga gempa terjadi di luar zona pertemuan dua lempeng, sebuah fenomena yang ganjil. Gempa ini juga berpotensi menambah energi pada lempeng yang berdekatan termasuk menambah potensi gempa dan tsunami di sepanjang subduksi Indo-Australia, dari Aceh hingga Pulau Jawa. Kemudian gempa juga mempunyai pola yang berbeda, yaitu pola bergeser bukan pola dorongan seperti tahun 2004, sehingga tak memindahkan massa air dalam jumlah yang banyak secara vertikal ke permukaan. [caption id="attachment_181879" align="aligncenter" width="278" caption="Pusat Gempa Simeulue, 11 April 2012. Sumber USGS"][/caption] Ketertarikan ini akan mengundang para ahli gempa dan tsunami dunia untuk mencurahkan perhatian yang lebih terhadap gempa di Aceh ini. Jangan sampai negara lain lebih dulu memberikan atensi, sehingga kita hanya sebatas menyediakan alam sementara hasil pengembangan ilmu pengetahuan akan diklaim oleh bangsa lain. Untuk itu diharapkan Pemerintah lebih bersifat pro aktif dalam bertindak dan berpikir futuristik untuk membangun laboratorium gempa dan tsunami yang komprehensif di pantai barat Sumatera. Demi untuk pengembangan ilmu pengetahuan kegempaan dan tsunami yang akan berkontribusi dalam perbaikan penanganan bencana gempa dan tsunami masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H