Masyarakat cenderung menyukai adegan sensual meskipun hal tersebut menyalahi ajaran gereja. Penyimpangan ini masih diupayakan untuk dicegah oleh tokoh gereja--- sebelum sebuah film ditayangkan di gedung bioskop, pendeta akan melakukan sensor terhadap adegan-adegan yang dianggap meyalahi agama. Setiap kali ada segmen yang menampilkan ciuman atau adegan sensual lainnya, sang pendeta akan membunyikan lonceng untuk kemudian bagian tersebut dipotong dan dihapus.
Meskipun perkembangan industri film di kota Sisilia ini memiliki pengaruh yang kurang baik berupa penayangan adegan yang tadinya dianggap sebagai hal yang sensitif dan tabu--- tidak hanya para orang dewasa yang menikmati konten ini, namun juga anak-anak di bawah umur--- namun tidak dapat dipungkiri bahwa film pada masa ini merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat kota Sisilia.
Selain menjadi media yang mengubah arah perilaku dan otoritas gereja pada masa tersebut, film juga menjadi alasan perubahan tata ruang kota. Dapat ditinjau dari letak gedung bioskop yang dekat dengan plaza, menjadi pusat keramaian dan titik kumpul masyarakat. Â Bahkan ditampilkan pula bagaimana masyarakat memanfaatkan fasad bangunan di pusat kota sebagai proyektor pemutaran film gratis.Â
Hal ini dapat mengindikasikan bahwasanya film menjadi alat identifikasi ruang publik, terletak di pusat kota agar dapat diakses dari berbagai penjuru kota. Film menjadi alat pemersatu masyarakat--- pertunjukan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dan gedung bioskop merupakan fasilitas pemenuh kebutuhan masyarakat akan ruang publik tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H