Masa muda memang suatu masa yang penuh dengan gejolak dan penuh dengan pengalaman. Masa-masa ini dimulai pada umur 13 tahun keatas dimana seseorang sudah masuk dalam masa pubertas. Masa ini berakhir hingga memasuki usia dewasa yakni pada usia 18 tahun (Hurlock, 1993). Pada usia 18-40 tahun seseorang akan memasuki usia dewasa.
Namun unruk saat ini kita tidak akan membahas karakteristik perkembangan yang dialami oleh setiap masa (prenatal, natal, postnatal, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia). Saat ini kita akan berbicara tentang sesuatu yang sangat aneh namun ingin tetap dirasakan, yang selalu dibutuhkan oleh manusia dalam setiap tahap perkembangannya. Sesuatu yang abstrak tetapi selalu ingin kita rasakan. Kali ini kita akan berbicara tentang cinta. Suatu kata yang sangat berarti dan setiap orang punya pemaknaan berbeda atas kata ini.
Setiap manusia memerlukan cinta dalam hidupnya yang dapat diekspresikan maupun disampaikan dengan berbagai macam cara. Bisa dengan memberi perhatian, saran, kritikan, menuruti perintah, selalu mendoakan yang dicintai, mencari kesamaan atau bahkan menguntit (stalking) dan berbagai cara lainnya.
Kembali kemasa muda (pencarian kekasih), setiap anak muda akan punya caranya sendiri-sendiri dalam mengungkapkan ketertarikan terhadap lawan jenisnya. Namun ketika kita sudah hidup pada zaman posmodern (selanjutnya disebut posmo) ini maka hal yang pasti dan sangat sering dilakukan oleh anak muda dalam menunjukkan ketertarikannya adalah dengan mencari tahu selengkap mungkin informasi pribadi (baik kegiatan yang sedang dilakukan, informasi personal sampi foto-foto). Kegiatan semacam ini sering disebut stalking. Sehingga orang melakukan kegiatan seperti itu dinamakan stalker.
Cara ini memang sangat efektif dilakukan mengingat rata-rata anak muda sekarang ini sudah mempunyai akun media sosialnya sendiri-sendiri. Misal: Facebook dan Twitter. Media sosial seperti ini sangat baik untuk dimanfaatkan oleh stalker. Hal ini hanya akan efektif jika seseorang yang kita sukai tersebut cukup aktif di media sosial dan jika dia tidak berpura-pura di akun media sosial miliknya.
Namun apa yang terjadi jika orang yang kita sukai tersebut ternyata hanya berpura-pura di media sosialnya? Dan informasi pribadi di media sosialnya ternyata hanya bualan? Jika kita sampai pada tahap seperti ini maka cara yang paling efektif untuk mengenal dia adalah dengan mencari informasi melalui teman-temannya. Jika cara ini tidak berhasil? Tenang, kamu dapat mengamati dia, ya dengan mengamati dan menganalisa tingakahlaku bahkan sampai pakaiannya. Butuh latihan khusus dan belajar bahasa nonverbal untuk bagian ini.
Dewasa ini, orang-orang pun sudah dapat memanipulasi bahasa nonverbalnya. Seperti penjahat-penjahat profesional dalam film-film Hollywood. Meskipun begitu, ada satu bagian dari kita yang hampir tidak mungkin atau bahakan tidak mungkin untuk kita manipulasi yakni mata. Seperti ada ungkapan yang menyatakan bahwa mata adalah jendela jiwa. Artinya, mata dapat memberitahukan kepada kita informasi akurat tentang bik buruknya seseorang itu. Buktinya, coba perhatikan mata seseorang yang betul-betul mencintaimu dan bandingkan dengan mata teman-temanmu yang biasa. Tentunya tatapannya akan berbeda dan dengan sendirinya kamu akan memaknai kedua tatapan itu dengan berbeda juga. Oleh karena itulah, tatap matanya karna mata adalah jendela jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H