Mohon tunggu...
Armei Bee
Armei Bee Mohon Tunggu... -

Penulis roman, thriller dan horor

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mari Membuat Cerita Fiksi: Cara Edan untuk Mulai Bercerita

25 Mei 2012   07:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:49 7778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Image: Flikr CC, alles-schlumpf"][/caption] Saya buka tulisan ini dengan peringatan: jangan dibaca jika tidak ingin akunmu penuh dengan cerita fiksi. Penulis tidak bertanggung jawab atas segala efek samping membaca tulisan ini.

Masih baca juga? Baiklah Jagoan, kita lanjutkan.

Ide dan Kalimat Pembuka

Tulisan ini bermaksud  memperkenalkan teknik membuat cerita fiksi, baik itu cerpen ataupun novel. Teknik inilah yang saya pakai. Semoga cocok untuk kawan sekalian.

Kata-kata pertama yang diberikan internet, si hampir tahu segalanya itu, untuk para pemula adalah: menulis itu gampang. Itu dorongan yang bagus. Berhubung sudah banyak yang membahasnya, saya tidak akan membuang-buang ruang di internet untuk mengulanginya.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah: apa yang harus ditulis?

Sekali lagi, internet si hampir-tahu-segalanya ini akan menunjukkan saran-saran yang sering dipakai, yaitu: Tulis apa yang diketahui, Tulis apa yang disenangi, Tulis apa yang pernah dialami, dan seterusnya. Dan sekali lagi, saya mohon maaf, karena saya tidak suka membuang ruang internet yang sudah maha luas namun sesak ini, saya tidak akan mengulanginya.

Buat saya, belajar menulis itu sama dengan belajar naik sepeda atau berenang. Motivasi dan dorongan tentu saja bagus, tapi prakteklah yang membuat kita bisa.

Sebagai permulaan, saran saya untuk mulai menulis cerita fiksi atau tepatnya untuk latihan menulis cerita fiksi,  jangan tunggu ide. Kita tidak butuh ide. Kelamaan kalau menunggu ‘Mba Ide’ karena beliau maha sibuk! Untuk memulai cerita kita bisa mencari kejadian sehari-hari. Kejadian tersebut dengan bantuan internet, si hampir-tahu-segalanya, akan jadi mudah. Buka saja koran online, atau lihatlah halaman depan kompasiana ini. Langsung dapat deh.

Terus kejadian apa yang dipilih? Pililhlah kejadian yang paling aneh. Semakin ajaib kejadian itu, semakin bagus dia untuk dibuat cerita, dan kalau tidak menemukan yang aneh, pelintir kejadian apa saja sehingga menjadi ‘ajaib’.

Contoh:

FPI Pegang 150 tiket Lady Gaga.

Kita pelintir deh, sim salabim jadi apa? Plok..plok..plok: Tiket konser Jason Bleber, penyanyi cilik asal Klaten, diborong habis oleh manula.

Contoh lain lagi:

Anas dan Ibas diusir kadernya sendiri.

Kita ubah saja menjadi: Ketua Partai berkuasa dihadang rombongan banci saat peresmian pasar Swalayan.

Kalimat yang kita buat dari kejadian itu kemudian kita jadikan kalimat pembuka. Lanjutkan atau modifikasi kalimat tersebut dengan memberi penjelasan tentang tempat dan waktu.

Contoh:

Siapa sangka, siang yang cerah ini berubah menjadi memalukan. Geris, ketua partai yang sedang berkuasa di republik ini dihadang oleh serombongan banci. Kejadiannya tepat saat Geris ingin memotong pita dalam rangkaian acara pembukaan Pasar Swadera, sebuah pasar swalayan di daerah Bekasi.

Ya, saya akui, kalimat pembukaan di atas belum bagus. Seperti yang dikatakan Hemingway, si penulis tersohor pemegang nobel sastra: The first draft of anything is shit!

Kita bisa memperbaikinya dalam proses editing. Untuk saat ini, kita tulis saja ceritanya. Tanpa cerita, tak ada yang bisa diedit toh?

Satu paragraf yang telah kita buat di atas sudah bisa menjadi cerita pendek dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang hal yang masih kabur. Semakin banyak pertanyaannya, semakin panjang ceritanya. Dan dengan menjawab pertanyaan dari pertanyaan, kita bisa membuat sebuah novel.

Misalnya dari cerita di atas, kita bisa menanyakan:

1.Kenapa para banci itu menghadang? Berapa jumlah mereka? Siapa pemimpinnya? Apakah mereka dibayar? Baju dan dandanan seperti apa yang mereka pakai? Dan seterusnya

2.Saat kejadian, Berapa orang rombongan Geris? Adakah polisi dan tentara mengawalnya? Apakah Geris membawa istrinya? Baju apa yang dipakai Geris? Dan seterusnya.

Oke, saatnya kawan sekalian mencoba.

Selamat bereksperimen dan kawan sekalian saya undang untuk membagi pengalamannya di komentar tulisan ini.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Armei Bee

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun