Ribuan kepal berayun mulut-mulut kering meraung tanah-tanah retak beriring langit merah murka tak ciut nyali setia mematuk patuh benak terpaku tak ragu terterungku bebas apa beda jalani waktu selaras irama sepatu jempol dasi-dasi tiada protes ikuti kehendak tuan dalam nikmat tak peduli hikmat tak peduli teriakan keadilan sebab ia hanya palang besi.
Arman Syarif
Jeneponto, 8 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!