Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ku Terka

8 Desember 2020   05:35 Diperbarui: 8 Desember 2020   05:50 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : beritajakarta.id

Ribuan kepal berayun mulut-mulut kering meraung tanah-tanah retak beriring langit merah murka tak ciut nyali setia mematuk patuh benak terpaku tak ragu terterungku bebas apa beda jalani waktu selaras irama sepatu jempol dasi-dasi tiada protes ikuti kehendak tuan dalam nikmat tak peduli hikmat tak peduli teriakan keadilan sebab ia hanya palang besi.

Arman Syarif
Jeneponto, 8 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun