Rembulan malam di balik jendela selalu bersaksi, bahwa akulah lelaki yang setia membangunkan jiwamu di saat mimpi buruk tengah menimpamu
Embun dan fajar merah pun tak pernah jenuh bersaksi, bahwa akulah lelaki pertama yang menyapa dan memanjakanmu, lalu mengajakmu bersua dengan Kekasih Agung
Akulah lelakimu yang setiap hari memberimu madu hidup. akulah lelakimu yang tak lelah berjuang demi merawat senyumanmu. akulah lelakimu yang tulus membasuh nyeri lukamu dan memanjakanmu di setiap waktu
Akulah lelakimu tempatmu bersandar di saat kau rapuh menghadapi dunia. akulah lelakimu yang tak henti-hentinya menghujanimu cinta. lalu, setelah ragaku melebur dengan tanah, bagaimana bisa kau meniti hari tanpaku
Yakinilah, dari pagi berganti pagi lagi, dingin akan membekukan aliran darahmu. malam-malam sepi akan memaksa bulir air matamu untuk mencari hadirku
Jika kehidupan tak sanggup menggantikan diriku di sisimu, lalu bagaimana bisa kematian menggantikan diriku...
Makassar | 17 November 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H