Ketika itu, pagi masih gelap, hening masih merajai lingkungan sekolah. Suaramu pun sudah melengking di sudut kelas.
Ketika matahari mulai beranjak, bulir-bulir peluhmu mulai bermunculan satu persatu di keningmu, kau tak seka.
Butiran kecil kapur tulis melayang di sekitar wajahmu, kau tak hirau. Pun telapak tangan hingga sikumu penuh kapur tulis, kau abaikan.
Debu-debu menyusup ke kelas dari lapangan upacara, kau tak pedulikan. Kau tetap semangat menggores aksara di papan tulis.
Semua itu untuk menajamkan daya pikirku, menempa sikapku, sebagai bekal meniti waktu. Terima kasih guruku untuk semuanya. Tanpamu, apa jadinya aku saat ini.
(Catatan langit, 3 Mei 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H