Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Nak Fatimah

29 April 2019   08:04 Diperbarui: 29 April 2019   08:09 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Nak Fatimah, kugurat beberapa penggal bait untukmu ketika senja baru saja melipat wajahnya dan malam mulai membuka gerbang hitamnya.

Kupahat bait ini di kanvas waktu ketika usiamu masih seratus tiga belas hari di dunia fana ini yang kian keriput.

Kelak jika ayah sudah tiada, sudah melebur dengan tanah, dimakan cacing, hingga tinggal tulang sulbi, ayah tak butuh apa-apa darimu.

Ayah tak butuh baju mewahmu, tak butuh kendaraanmu, tak butuh kekayaanmu, kecuali hanya kucuran doamu, untukku.

Mintalah ampunan kepadaNya untukku, karena ayah bukanlah ciptaannya yang maksum.

Pun hanya di dalam keheningan doa saja, ayah bisa bertemu denganmu; mengingatkan kebersamaan yang pernah kita rajut.

Satu hal lagi, nanti, buatlah ayah tenang di alam sana, janganlah karena urusan duniamu, ayah disiksa.

(Catatan langit, 28/04/2019)
Special thanks for Kompasiana, di laman ini ku abadikan perjalanan batinku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun