Tetes-tetes air hujan basahi tepian jiwa. Kumulai menyelisik, apa gerangan yang menimpa. Pada genangan air, kucoba cerminkan wajah. Seketika hadir genangan rindu, mengalir pelan melalui jendela hati.
Aku rindu, rindu akan bunga revolusiku yang selalu membakar semangat juang dan menyalakan api intelektualku. Rindu akan belaian kasih sayang orang tua.
Rindu akan kebiasaan lama bersama kawan-kawan aktivis, berdiskusi di malam hari sambil menyeruput kopi hitam di tepi jalan yang disinari cahaya rembulan.
Rindu akan tempat-tempat persinggahan yang pernah menggores kenangan. Dan pada genangan rindu itu. Ingin kuselami semua dasarnya. Dan tak ingin kembali lagi.
(Catatan langit)