Terdiam dipelukan malam kelam tanpa sinar rembulan, tiba-tiba menggema suara di atas cakrawala: "Komunisme akan bangkit...komunisme akan bangkit"
Aku menyelisik dalam benak dan bertanya sendiri: "Dengan cara apa komunisme akan bangkit di negeri ini?" Kutata jawabanku dengan napas teratur, lalu menengadah ke atas langit merespons gema suara dengan berteriak:
"Mustahil ia bangkit. Ini negara kebangsaan Pancasila. Rakyatnya beragama. Bukankah ini bagai air dan minyak, karena dedengkot komunisme Karl Marx sudah bertitah, agama itu adalah candu bagi masyarakat"
Langit tetap diam dalam hitamnya, suaraku kembali lantang: "Hei, asal kalian tahu ya, Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tahun 1966 tentang pelarangan ajaran komunisme masih mengiring jalannya waktu"
"Generasi jenderal besar Sudirman pun siap angkat senjata dan rela mati untuk menghadang kebangkitannya. Janganlah karena ambisi kuasa, kalian sengaja embuskan isu sebagai senjata politik kalian"
Akhirnya langit malam pun bersinar terang dan hadirkan senyuman rembulan karena langit memahami 73 butir kata yang telah kuterbangkan ke dada dan ke telinganya.
(Catatan langit, 11 April 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H