Di ujung pagi ini, kubiarkan matahari melompat-lompat seperti anak kecil yang permintaannya diabaikan. Kubebaskan ia berlalu bersama si mega putih tanpa harus ku sesali.
Karena memang diriku tak mau diganggu kehadiran sinar panas matahari. Aku sedang ingin menikmati kopiku yang rasanya seperti batu, yang bercampur aroma batu dan sedikit terkena debu.
Kopi rasa batu itu bagai menghantam pilar-pilar semesta jiwaku. Seperti menggedor pintu-pintu pikiranku, membuatku tangguh menghadapi terpaan hidup.
Kopi rasa batu membuatku semakin tegar menapaki impian di punggung waktu. Membikin diriku tak bergeming untuk menggenggam nilai-nilai yang kuyakini kebenarannya.
Kau tahu kawan, disetiap tegukan kurasakan diriku langsung membatu, tapi bukan menjadi batu apalagi berkepala batu. Ia mengeraskan pendirianku agar tahan banting bergulat wujudkan cita-cita hidup.
(Catatan langit, 10 April 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H