Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merindukanmu, Ayah

2 April 2019   23:14 Diperbarui: 2 April 2019   23:33 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di malam hening ini, wajahnya kembali membayang. Di sudut ruang tamu tempat di mana kasur tua ia selalu bentangkan ketika rasa kantuk mulai merayapi sekujur tubuhnya. Sekarang, sudah sepuluh bulan ia bersamaNya.
*
Ayah, aku merindukanmu. Merindukan kebersamaan kita di sawah mencabuti rumput liar di kaki pematang sawah yang kerap mengganggu tumbuh suburnya padi yang kita tanam.

Merindukan segala nasihatmu bahwa hidup tiadalah guna jika menjauh dariNya. Merindukan teguranmu bahwa kelak jika handphone tak membantu mengingat kepadaNya, ia akan menjadi teman ke neraka.

Merindukan wejanganmu, bahwa setiap kali habis gajian, janganlah lupa untuk berbagi dengan orang-orang sekitar yang hidupnya belum beruntung. Merindukan sindiranmu bahwa kelak, jika kita sudah tiada, tak ada lagi pertemuan antara seorang ayah dan anak kecuali hanya melalui doa.

(Catatan langit, 2/4/2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun