Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aksara-aksara Jelata

26 Maret 2019   17:10 Diperbarui: 26 Maret 2019   17:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aksara-aksara jelata terukir di atas tembok-tembok derita. Menggunakan tinta darah. Keringat tumpah menjadi saksi. Wajah-wajah murung setiap hari menebar harap di balik untaian aksara. Tak ada yang disembunyikan, semuanya terang di mata. Dan untuk apa disembunyikan di bilik hati. Jika disembunyikan, aksara-aksara itu akan menjelma menjadi belati yang undang rasa pilu; penderitaan panjang. Pun tak akan pernah bisa terhapus.

Hujan deras tak akan bisa menyapu bersih, panas terik matahari tak akan bisa memudarkan. Dan debu yang melengket hanya akan membuatnya tampak terang. Jika kau tutupi aksara-aksara itu, ia akan terus terukir di tembok-tembok lainnya. Dengan rangkaian aksara yang sama; memohon untuk diperhatikan, memohon untuk diberi keadilan oleh pemegang kuasa. Mengabaikan aksara-aksara itu, maka jelas nurani telah mati. Membelok dari ajaran Nabi dan perintah Tuhan.

(Catatan langit, 26/03/19)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun