Kuseduh sendiri tanpa kesenduan dalam dinginnya malam. Rasanya menerbangkan imajiku ke langit membelah sunyi kata-kata.
Aromanya buatku geleng-geleng mantap memaksa bibirku mengucap syukur kepadaNya atas segala nikmat yang diberikan.
Tak hanya itu kawan. Aromanya yang wangi menyeruak ke pintu undang para tetangga berdatangan akrabkan rasa.
Dan akhirnya kuberbagi di beranda rumah. Bahkan rasanya yang mantap, membuat tetangga menepikan hidupnya yang susah.
Itu terlihat, sebelum ia seruput, mulutnya tak henti berkeluh kesah. Setelah mereguk nikmatnya, seketika hadirkan jeda pada napas susahnya.
Sungguh kopiku malam ini rasanya benar-benar beda, pengaruhnya pun begitu beda. Inilah kopiku kawan, membuatku tak lupa akan orang sekitar.
Merekatkan jalinan persaudaraan, mengundang rezeki, memperpanjang umur; dengan berbagi.
(Catatan langit, 15/03/19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H